Langkah-Langkah Ayub Dalam Menghadapi Penderitaan
Alkitab menceritakan sederetan peristiwa bencana besar yang menimpa Ayub, dalam psl 1:13-19: (13 )Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, ( 14 ) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, ( 15 ) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."(17 )Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,( 19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.
Empat peristiwa di atas yang terjadi disaat yang hampir bersamaan dalam satu hari itu, karena Alkitab mencatat pada suatu hari. Dan setiap laporan, narator megatakan “ sementara orang itu bicara, datanglah orang lain dan berkata ( psl 1:16,17,18 ). Secara bertubi-tubi Ayub dilanda berita mengejutkan. Alkitab mengatakan sebagai berikut:
Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi.Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring.Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit.13 Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam.Seorangpun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.
Ayat ini mendeskripsikan bahwa pergumulan itu bukan pergumulan biasa.Teman-temannya yang datang untuk menghibur terkejut bukan kepalang. Alkitab mengatakan teman-teman Ayub menangis dengan suara nyaring, dan tidak tega melihat penderitaan Ayub yang bukan main beratnya.
Penjelasan yang lebih dramatis mengenai respon teman-teman Ayub ini adalah semuanya diam selama tujuh hari tujuh malam, dan tak mampu berkata apa-apa melihat penderitaan Ayub karena penderitaan itu terlalu berat (2:13). Dari sini dapat dilihat betapa beratnya dan sesaknya penderitaan yang ditanggung Ayub. Sekalipun demikian, Ayub menghadapinya dengan sikap yang mengagumkan, seperti yang penulis paparkan berikut ini.
Ayub Sujud Menyembah TUHAN (Psl 1:20)
Saat empat musibah hadir dalam kehidupannya, kembali penulis tekankan: di tengah kehidupannya yang takut akan Tuhan, Alkitab katakan: “maka berdirilah Ayub lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalannya, kemudian sujudlah ia dan menyembah (1:20-21).
Pada ayat 20, penulis paparkan dalam bahasa Ibrani:
20 ויקם איוב ויקרע את מעלו ויגז את ראשו ויפל ארצה
וישתחו׃
21 ויאמר ערם יצתי מבטן אמי וערם אשוב שמה יהוה נתן ויהוה לקח יהי שם יהוה מברך׃
Ada empat kata kerja yaitu: Ayub berdiri:(wayyäqom ), mengoyakkan jubahnya (wayyiqra`), Ayub mencukur rambutnya (kepalanya) (wayyägoz ´et-röšô), dan terakhir, ekspresi yang sangat luar biasa, Ayub sujud menyembah (wayyippöl ´arcâ wayyišTähû). Adalah respon Ayub atas berita yang didengar. Kata sujud menyembah dalam bahasa Ibrani (wayyišTähû ) dari kata kerja Histafal ( Hitpael) vav/konsekutif imperfek 3 mj, dari kata yang diterjemahkan” sujud menyembah “ yaitu Ayub sujud menyembah, dan pesuruh-pesuruh yang melaporkan kejadian tersebut, ikut menyembah. (karena 3 mj). Kata kerja : yang mengawali kata sujud menyembah hanya diterjemahkan jatuh, yang maknanya Ayub menjatuhkan diri ke tanah (arcâ ) dari kata (eres) dengan posisi bersujud.
Respon Ayub ini, dengan mengoyak jubah, mencukur kepalannya, sujud dan menyembah adalah satu sikap yang paling bijaksana di tengah situasi dan kondisi yang tak pasti. Sekalipun Ayub dalam keadaan sock berat, dan tidak tahu maksud dari semua itu, Alkitab katakan “maka berdirilah Ayub, mengoyak jubahnya, sebagai tanda ekspresi kesedihan yang sangat dalam menurut tradisi dalam PL, kemudian mencukur rambutnya, denga cara yang bijak sesuai cara zaman kehidupan Perjanjian Lama.
Ayub Tetap Memuji TUHAN (Psl 1:21)
Bahkan setelah itu, pada ayat 21c mengatakan “ terpujilah nama TUHAN,” dalam bahasa Ibrani . Kata kerja Piel partisif aktif dari kata $rb(brk) yang artinya berkat, yang diterjemahkan KJV berarti secara literal Ayub mengatakan “ diberkatilah nama TUHAN.”
Ayub mengatakan Terpujilah TUHAN setelah mengatakan TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil (xq"+l' hw"ßhyw:).” Kata yang dipakai disini mengunakan kata xq"+l' (läqäH) dari kata kerja Qal perfek 3 mt, artinya Ia (TUHAN ) telah mengambil. Ayub mengatakan itu karena sebuah Falsafah dalam hidup Ayub, yaitu segala sesuatu yang ada pada dirinya diberikan oleh Tuhan, dan saat semua hilang, itu diambil oleh Tuhan sendiri.Sekalipun Ayub dalam pemahamannya tentang Tuhan tidak tepat, tetapi sampai ayat ini, dikatakan Ayub tidak berdosa (1:22).
Sikap Ayub saat menderita, bukan hanya mempertahankan sikap rohaninya, tetapi bahkan memuji Allah dalam kemalangannya itu. Sikap yang di ambil Ayub ini, satu sikap yang sulit untuk dilakukan dalam keadaan luka parah, memuji TUHAN saat berada di titik paling bawah.
Ayub Tetap Tekun Dalam Ketaatan Kepada Allah (Ayub 2:9)
Alkitab mencatat tentang ketekunan Ayub dalam imannya, yaitu seperti pengakuan istrinya. Adapun perkataan istrinya sebagai berikut: “maka berkatalah istrinya kepadanya: “masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? “Kutukilah Allahmu dan matilah!”(Ayub 2:9). Salah satu kesimpulan sikap Ayub dalam kitab ini Dari awal sampai akhir, adalah Ayub mengajarkan tentang ketaatan kepada Allah sekalipun dalam penderitaan yang paling berat. Ayub tidak pernah meninggalkan Allah, Ayub hanya menyampaikan keluhan dan ketidakmengertiannya akan jalan-jalan Allah (psl 26-31). Ayub mengajarkan tentang ketaatan tak bersyarat, dan ketaatan mutlak kepada Allah.Hal inilah yang dimaksud dalam kitab Yakobus,:
Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
Kitab Yakobus lebih menekankan pada kata ketekunan Ayub, penilaian ini berdasarkan sikap Ayub yang taat sekalipun kondisi tidak mengharapkan Ayub taat, dan bertekun kepada Allah yang memberinya gelar yang disandangnya yaitu saleh (1:8), sebab itu wajarlah jika Allah memakai nabi Yehezkiel mengatakan tentang Ayub sebagai orang benar (Yehezkiel 14:13-14).
Penderitaan sering menggoda manusia dengan kuat untuk melepaskan pendirian iman dan prinsip kebenaran. Dari Ayub, orang belajar bahwa penderitaan tidak bisa dijadikan alasan atau dalih untuk menyimpang dari Allah.
Ayub Merendahkan Diri Dihadapan TUHAN (Psl 42:6)
Di perhadapkan pada tuduhan yang diberikan teman-temannya, bahwa Ayub pasti telah berdosa (18:1-6), ayub meresponinya dengan sanggahan-sangahan bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan. Kemungkinan banyak orang yang mengklaim bahwa Ayub menyombongkan kebaikan-kebaikan yang pernah lakukan, seperti yang dipaparkan dalam pasal 31, sehingga dengan berani memperhadapkan perkarannya dalam sidang ilahi.
Menurut Jefrrey dalam diktat Eksposisi PL II, ”dalam kesengsaraannya Ayub ingin atau minta jawaban dari Allah sendiri. Dia ingin Allah membenarkan perbuatannya.” Tanggapan teman-temannya tidak membuat Ayub keluar dari gelar kejujurannya, Ayub mengaku tidak bersalah, dan itu adalah kejujurannya.
Allah datang dan menghardik Ayub bukan berarti membenarkan teman-teman Ayub, tetapi memberitahukan sesuatu yang Ayub belum tahu, yaitu Allah berdaulat atas semua yang diciptakan-Nya (psl 38-41). Dan Akhir dari perjalanan panjang penderitaan Ayub, saat melihat TUHAN, dengan kejujurannya kembali Ayub merendahkan dirinya sama seperti ketika mendengar berita dari pesuruhnya. Sikap yang diambil Ayub yaitu menyesal dan duduk dalam debu dan abu. Ayub mengatakan, bahwa tanpa pengertian dirinya telah berbicara banyak, dan tanpa melihat Ayub mempercayai TUHAN meski hanya lewat berita orang saja (42:3-6), dan karena kesalahannya tentang Allah yang tidak peduli dan menentang, akhirnya membawa penyesalan yang dalam baginya, sehingga Ayub duduk dalam debu dan abu.
Karya ilmiah Krisallati
ReplyDelete