Sunday, December 2, 2018

BAB 3: KAJIAN PENDERITAAN AYUB (sikap/langkah Ayub menghadapi penderitaan.

Langkah-Langkah Ayub Dalam Menghadapi Penderitaan

           Untuk melihat langkah-langkah Ayub, atau sikap Ayub dalam menghadapi penderitaan, penulis akan mempaparkan peristiwa yang terjadi yang menimpa Ayub. Tujuannya supaya memberikan gambaran, tentang bobot penderitaan Ayub, diperhadapkan dengan cara Ayub menghadapinya.

         Alkitab menceritakan sederetan peristiwa bencana besar yang menimpa Ayub, dalam psl 1:13-19: (13 )Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, ( 14 ) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, ( 15 ) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."(17 )Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,( 19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.

          Empat peristiwa di atas yang terjadi disaat yang hampir bersamaan dalam satu hari itu, karena Alkitab mencatat pada suatu hari. Dan setiap laporan, narator megatakan “ sementara orang itu bicara, datanglah orang lain dan berkata (  psl 1:16,17,18 ). Secara bertubi-tubi Ayub dilanda berita mengejutkan. Alkitab mengatakan sebagai berikut:
Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi.Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring.Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit.13 Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam.Seorangpun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.
Ayat ini mendeskripsikan bahwa pergumulan itu bukan pergumulan biasa.Teman-temannya yang datang untuk menghibur terkejut bukan kepalang. Alkitab mengatakan teman-teman Ayub  menangis dengan suara nyaring, dan tidak tega melihat penderitaan Ayub yang bukan main beratnya.
Penjelasan yang lebih dramatis mengenai respon teman-teman Ayub ini adalah semuanya diam selama tujuh hari tujuh  malam, dan  tak mampu berkata apa-apa melihat penderitaan Ayub karena penderitaan itu terlalu berat (2:13). Dari sini  dapat dilihat betapa beratnya dan sesaknya penderitaan yang ditanggung Ayub. Sekalipun demikian, Ayub menghadapinya dengan sikap yang mengagumkan, seperti yang penulis paparkan berikut ini.

Ayub Sujud Menyembah TUHAN (Psl 1:20)
Saat empat musibah hadir dalam kehidupannya, kembali penulis tekankan: di tengah kehidupannya yang takut akan Tuhan, Alkitab katakan: “maka berdirilah Ayub lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalannya, kemudian sujudlah ia dan menyembah (1:20-21).
Pada ayat 20, penulis paparkan dalam bahasa Ibrani:
20 ויקם איוב ויקרע את מעלו ויגז את ראשו ויפל ארצה 
וישתחו׃ 
21 ויאמר ערם יצתי מבטן אמי וערם אשוב שמה יהוה נתן ויהוה לקח יהי שם יהוה מברך׃ 

Ada empat kata kerja yaitu: Ayub berdiri:(wayyäqom ), mengoyakkan jubahnya (wayyiqra`), Ayub mencukur rambutnya (kepalanya)   (wayyägoz ´et-röšô), dan terakhir, ekspresi yang sangat luar biasa, Ayub sujud menyembah (wayyippöl ´arcâ wayyišTähû). Adalah respon Ayub atas berita yang didengar. Kata sujud  menyembah dalam bahasa Ibrani (wayyišTähû ) dari kata kerja Histafal ( Hitpael) vav/konsekutif imperfek 3 mj, dari kata yang diterjemahkan” sujud menyembah “   yaitu Ayub sujud menyembah, dan pesuruh-pesuruh yang melaporkan kejadian tersebut, ikut menyembah. (karena  3 mj). Kata kerja : yang mengawali kata sujud menyembah hanya diterjemahkan jatuh, yang maknanya Ayub menjatuhkan diri ke tanah (arcâ ) dari kata  (eres) dengan posisi bersujud.
Respon Ayub ini, dengan  mengoyak jubah, mencukur kepalannya, sujud dan menyembah adalah satu sikap yang paling bijaksana di tengah situasi dan kondisi yang tak pasti. Sekalipun Ayub dalam keadaan sock berat, dan tidak tahu maksud dari semua itu, Alkitab katakan “maka berdirilah Ayub, mengoyak jubahnya, sebagai tanda ekspresi kesedihan yang sangat dalam menurut tradisi dalam PL, kemudian mencukur rambutnya, denga cara yang bijak sesuai cara zaman kehidupan Perjanjian Lama.

Ayub Tetap Memuji TUHAN (Psl 1:21)

Bahkan setelah itu, pada ayat 21c  mengatakan “ terpujilah nama TUHAN,”  dalam bahasa Ibrani . Kata kerja Piel partisif aktif dari kata $rb(brk) yang artinya berkat, yang diterjemahkan KJV berarti secara literal Ayub mengatakan “ diberkatilah nama TUHAN.”
            Ayub mengatakan Terpujilah TUHAN setelah mengatakan TUHAN yang memberi,   TUHAN  yang mengambil (xq"+l' hw"ßhyw:).”  Kata yang dipakai disini mengunakan kata  xq"+l' (läqäH) dari kata kerja Qal perfek 3 mt, artinya Ia (TUHAN ) telah mengambil. Ayub mengatakan itu karena sebuah Falsafah dalam hidup Ayub, yaitu segala sesuatu yang ada pada dirinya diberikan oleh Tuhan, dan saat semua hilang, itu diambil oleh Tuhan sendiri.Sekalipun Ayub dalam pemahamannya tentang Tuhan tidak tepat, tetapi sampai ayat ini, dikatakan Ayub tidak berdosa (1:22).
Sikap Ayub saat menderita, bukan hanya mempertahankan sikap rohaninya, tetapi  bahkan  memuji Allah dalam kemalangannya itu. Sikap yang di ambil Ayub ini, satu sikap yang sulit untuk dilakukan dalam keadaan luka parah, memuji TUHAN saat berada di titik paling bawah.

Ayub Tetap Tekun Dalam Ketaatan Kepada Allah (Ayub 2:9)


          Alkitab mencatat tentang ketekunan Ayub dalam imannya, yaitu seperti pengakuan istrinya. Adapun perkataan istrinya sebagai berikut: “maka berkatalah istrinya kepadanya: “masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? “Kutukilah Allahmu dan matilah!”(Ayub 2:9). Salah satu kesimpulan sikap Ayub dalam kitab ini Dari awal sampai akhir, adalah Ayub mengajarkan tentang ketaatan kepada Allah sekalipun dalam penderitaan yang paling berat. Ayub tidak pernah meninggalkan Allah, Ayub hanya menyampaikan keluhan dan ketidakmengertiannya akan jalan-jalan Allah (psl 26-31). Ayub mengajarkan tentang ketaatan tak bersyarat, dan ketaatan mutlak kepada Allah.Hal inilah yang dimaksud dalam kitab Yakobus,:
Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan  Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.

           Kitab Yakobus lebih menekankan pada kata ketekunan Ayub, penilaian ini berdasarkan sikap Ayub yang taat sekalipun kondisi tidak mengharapkan Ayub taat, dan bertekun kepada Allah yang memberinya gelar yang disandangnya yaitu saleh (1:8), sebab itu wajarlah jika Allah memakai nabi Yehezkiel mengatakan tentang Ayub sebagai orang benar (Yehezkiel 14:13-14).
Penderitaan sering menggoda manusia dengan kuat untuk melepaskan pendirian iman dan prinsip kebenaran. Dari Ayub, orang belajar bahwa penderitaan tidak bisa dijadikan alasan atau dalih untuk menyimpang dari Allah.

Ayub Merendahkan Diri Dihadapan TUHAN (Psl 42:6)

Di perhadapkan pada tuduhan yang diberikan teman-temannya, bahwa Ayub pasti telah berdosa (18:1-6), ayub meresponinya dengan sanggahan-sangahan bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan. Kemungkinan banyak orang yang mengklaim bahwa Ayub menyombongkan kebaikan-kebaikan yang pernah lakukan, seperti yang dipaparkan dalam pasal 31, sehingga dengan berani memperhadapkan perkarannya dalam sidang ilahi.
          Menurut Jefrrey dalam diktat Eksposisi PL II, ”dalam kesengsaraannya Ayub ingin atau minta jawaban dari Allah sendiri. Dia ingin Allah membenarkan perbuatannya.”  Tanggapan teman-temannya tidak membuat Ayub keluar dari gelar kejujurannya, Ayub mengaku tidak bersalah, dan itu adalah kejujurannya.
          Allah datang dan menghardik Ayub bukan berarti membenarkan teman-teman Ayub, tetapi memberitahukan sesuatu yang Ayub belum tahu, yaitu Allah berdaulat atas semua yang diciptakan-Nya (psl 38-41). Dan Akhir dari perjalanan panjang penderitaan Ayub, saat melihat TUHAN, dengan kejujurannya kembali Ayub merendahkan dirinya sama seperti ketika mendengar berita dari pesuruhnya. Sikap yang diambil Ayub yaitu menyesal dan duduk dalam debu dan abu. Ayub mengatakan, bahwa tanpa pengertian dirinya telah berbicara banyak,  dan tanpa melihat Ayub mempercayai TUHAN meski hanya lewat berita orang saja (42:3-6), dan karena kesalahannya tentang Allah yang tidak peduli dan menentang, akhirnya membawa penyesalan yang dalam baginya, sehingga Ayub duduk dalam debu dan abu.

BAB 3: KAJIAN PENDERITAAN AYUB (tujuan penderitaan Ayub bagi ALLAH)

Bagi Allah

           Dalam kisah penderitaan yang menimpa Ayub, tidak bisa untuk tidak dikaitkan Allah yang berotoritas dalam hidup manusia, yang menciptakan dan berkuasa, mengizinkan dan mengubah segala sesuatu dalam dunia ini. Allah sendiri mempunyai tujuan dalam semua hal yang menyangkut kehidupan.
W. S. Lasor Dkk dalam buku yang berjudul Pengantar Perjanjian Lama 2 (Sastra dan Nubuatan) mengatakan:
             "Kitab ini memperkenalkan Allah yang bebas bertindak secara mengejutkan, memperbaiki penyimpangan manusia dan mengoreksi kitab-kitab yang ditulis  tentang Dia. Ia bebas mengizinkan yang dilakukan iblis dan tidak memberitahukan apa-apa tentang hal itu kepada orang yang diuji. Ia juga bebas mengatur waktu kapan dan dengan cara bagaimana Ia akan campur tangan.

Uraian di atas menjelaskan tentang Allah yang berdaulat dalam kehidupan manusia, bukan berarti keluar dari identitas-Nya yang adil dan kasih, tetapi justru memperlihatkan keadilan dan kasih-Nya. Memperbaiki penyimpangan manusia adalah bagian yang dikatakan W.S. Lasor dan Dkk, atau dengan kata lain penderitaan sebagai teguran bagi manusia supaya tidak jauh menyimpang.
Penderitaan yang terjadi pada Ayub diizinkan TUHAN, tentulah lewat pertimbangan hikmat-Nya, dengan tujuan dan maksud-maksud tertentu. Jadi penderitaan itu diizinkan, karena mempunyai tujuan tersendiri bagi Allah.

Untuk Mempermalukan Iblis (2:3)

          Serangan iblis untuk menjatuhkan Ayub  sesungguhnya merupakan serangan kepada Allah sendiri, iblis bukan hanya mendakwa Ayub, tetapi juga mendakwa Allah. Meredith mengatakan “di dalam pencobaan di taman Eden, Iblis menghina Allah dihadapan manusia; di sini dia menghina manusia dihadapan Allah. Namun iblis memakai teknik halus yang sama di dalam kedua peristiwa ini.”  Dalam psl 1:9-11  adalah awal perdebatan antara Allah dan iblis tentang Ayub, dan Ayub tidak tahu sama sekali tentang semua itu. Dari ayat di atas, Jeffey P. Miller dalam diktat STTII mengatakan: ”tuduhan iblis bahwa Ayub mengasihi Allah hanya karena Allah membuat pagar sekelilinggnya merupakan serangan terhadap Allah. Secara tidak langsung iblis berkata bahwa Allah tidak layak dikasihi karena diri-Nya saja, manusia memyembah karena disuap.”  Alkitab mempaparkan sebagai berikut:
Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.

 Dalam ayat ini Allah tahu taktik iblis yang menekan-Nya untuk membuktikan Ayub tetap saleh,  iblis membujuk Allah melawan Ayub, dan Allah memerima tantangan itu. Dengan mengarahkan perhatian Iblis kepada Ayub, sesungguhnya Allah di dalam hikmat-Nya yang tidak terselami, mengundang tantangan tersebut.
Allah memakai penderitaan Ayub, untuk memperlihatkan kepada iblis bahwa apa yang Iblis katakan, tidak pernah benar, Ayub tetap beriman sampai akhirnya, dan Allah memperlihatkan kepada Iblis, bahwa apa yang dikatakan-Nya, selalu benar.
Sampai pasal ini, salah satu kesimpulannya adalah Iblis kalah, dan tujuan penderitaan bagi Allah dalam hal ini, penderitaan Ayub adalah sarana Allah untuk mempermalukan Iblis.

Untuk Menunjukkan Iman Ayub Pada Iblis Dan Manusia ( Psl 1:6-12 )

           Kitab dalam pasal ini, Allah memberikan izin pada Iblis, dengan syarat”janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Ketika mendapatkan ijin untuk menguasai segala harta benda Ayub, Iblis segera melaksanakan rencananya.Tujuan Iblis sangat jelas yaitu membuat Ayub menghujat Allah dan meninggalkan kesalehan yang dibanggakan Allah kepada Iblis.
Narator (penulis kitab ini) mempertegas peristiwa kehilangan Ayub dengan mengisahkan bahwa peristiwa tersebut terjadi dalam satu hari Iblis menghancurkan semua yang dimiliki oleh Ayub (psl 1:13-19),  empat peristiwa ini cukup sebagai senjata untuk menjatuhkan iman Ayub pada Allah, sesuai dengan pertaruhan antara Allah dan iblis. C. Hassell Bullock dalam buku Kitab-Kitab Puisi dalam Perjanjian Lama mengatakan:
Ketidakpercayaan iblis akan dia serta dengan dugaannya bahwa iman Ayub sangat tergantung  pada kekayaan dan kesejahteraannya (1:9-11; 2:5). Dia  menganggap bahwa iman dan kemakmuran itu berkaitan, dan jika yang terakhir diambil maka yang pertama pasti akan berantakan.

Uraian di atas menjelaskan tentang dugaan Iblis atas iman kerohanian Ayub.Menurut Iblis, iman Ayub dibangun di atas dasar berkat-berkat Tuhan yang melimpah dalam hidupnya. Dan jika itu hilang, maka iman Ayub juga hilang.
Peristiwa kedua setelah dialog kedua antara Allah dan Iblis, Iblis kembali beraksi, dan Ayub ditimpakan borok yang busuk dari kaki sampai kepala (2:7). Tujuannya tetap sama, yaitu apakah Ayub tetap dalam kesalehan, dan tetap takut akan Allah.
Dalam peristiwa kedua ini, Allah melihat Ayub tetap memilih untuk tetap berserah kepada-Nya sekalipun tidak  mengerti. Ayub masih menyimpan iman yang bergantung penuh kepada-Nya (2:10). Karena itu, dalam bagian pasal ini, memberikan kesimpulan yang mengokohkan kemenangan Ayub atas tantangan setan: “dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya (2:10).
Selain maksud Allah untuk memperlihatkan kepada iblis bahwa apa yang
 iblis katakan tidak pernah benar, juga untuk menguji iman Ayub, sebagai
bukti bahwa iman Ayub,iman yang tergantung  kepada-Nya.

Untuk Menyatakan Kuasa-Nya ( psl 38:1-38 )

           Tujuan penderitaan bagi Allah, juga dilihat pada detik-detik akhir dalam penderitaan Ayub. Allah yang menyaksikan dialog antara Ayub dan para penghibur, dan yang mendengar semua sanggahan dan argumen Ayub, bahkan keluh kesahnya, TUHAN tampil dari dalam badai (38:1).
“Bersiaplah engkau sebagai laki-laki (38:1),” menurut Heavenor:
Suatu perkataan yang menarik di pakai untuk laki-laki: eber, ‘ hal ini menyatakan tentang manusia bukan dalam kelemahan, tapi dalam kekuatannya, jantan sebagai pejuang’(strahan). Dengan berulang-ulang Ayub telah mempergunakan  bahasa (mis 31:35-37; 13:22) yang agaknya menyarankan bahwa dalam dirinya, Allah akan menemukan seorang pejuang yang perkasa.

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa Allah menantang Ayub sesuai dengan kapasitas perkataan Ayub sendiri, serta Allah mau menjelaskan identitas-Nya dihadapan Ayub, untuk memberikan pemahaman pada Ayub “ layakkah ciptaan mengkritik penciptanya.

          Dalam ayat ini (38:1), kuat kuasa Allah menciptakan dan memerintah tak terbatas, melawan Ayub yang kecil. Allah mempertanyakan keperkasaan Ayub dengan mengatakan “jika engkau dapat, jawablah Aku” dalam banyak hal, diantaranya;
(4)Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakan kalau engkau mempunyai pengertian!(5) siapa yang telah menetapkan ukurannya?bukankah engkau mengetahuinya? atau siapakah yang merentangkan tali pengukur padanya?(8) siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual keluar dari dalam rahim(12) pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang  dinihari atau fajar kau tunjukkan tempatnya(16) engkaukah yang turun sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan melalui dasar samudra raya?(19) di manakah jalan ke tempat kediaman terang, dan di manakah tempat tinggal kegelapan, dsb.

Ayat di atas mempaparkan perkataan Allah yang menanyakan hal-hal yang sangat jelas tidak diselami Ayub. Tetapi dari situlah Ayub menjadi makin memahami betapa hebatnya ketidaktahuan dan ketidakmampuan dirinya.
Setelah melihat uraian di atas, sekarang penulis akan menguraikan tentang bagaimana cara yang tepat untuk menyikapi/langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi setiap penderitaan yang datang. Berikut penulis mempaparkan sikap/langkah-langkah Ayub dalam menghadapi penderitaannya.

BAB 3: KAJIAN PENDERITAAN AYUB:(tujuan penderitaan Ayub bagi dirinya sendiri)

Bagi Ayub

          Di tengah kehidupan yang saleh, jujur, takut akan Tuhan, Ayub tidak pernah menyangka akan terjadi peristiwa pahit datang dalam kehidupannya. Dalam psl 1:1-12,  Dialog antara Allah dan Iblis yang diceritakan narator adalah hal yang tersembunyi bagi Ayub.  David Atkinson mengatakan: “ia sama sekali tidak menduga bahwa iblis terlibat.”  Saat musibah itu datang, saat itulah Ayub dalam  imannya di pertaruhkan. Dari penderitaan ini Ayub banyak belajar tentang banyak hal, semua yang  tidak diketahui, akhirnya tahu setelah melewati semua penderitaan itu. Berikut ini penulis mempaparkan tujuan penderitaan bagi Ayub sendiri, sebagai pribadi yang mengalami penderitaan..

Penderitaan Membawa Pengenalan Yang Benar Akan Allah (Psl 42:1-6)

           Pandangan manusia kepada Allah sangat ditentukan oleh jarak, yaitu seberapa dekat manusia itu kepada Allah. Dalam Kisah Ayub diceritakan ketiga tokoh yang menghibur Ayub, lewat dialognya kepada Ayub, dapat disimpulkan bahwa pengenalan ketiga tokoh tersebut kepada Allah sebatas pengertian yang dimiliki.
          Ayub mengakui mengenal Allah hanya mendengar dari kata orang saja (42:5), Ayub mengakui bahwa dirinya yang tanpa pengertian (wülö äbîn) tentang Allah  telah bercerita mengenai hal-hal yang sangat ajaib yang tidak diketahuinya (42:3b). kata “ tanpa pengertian” dalam bahasa Ibrani” miliki makna bahwa  “dan aku tidak  mengerti,”  dalam artinya: selama itu Ayub sama sekali belum paham tentang kemahakuasaan Allah, yaitu hal-hal yang ajaib yang Ayub belum ketahui, sehingga Ayub menuntut Allah untuk menjawab keluhannya. selain daripada itu, Ayub menilai Allah terlalu jauh (transenden) bagi manusia, bahkan dalam diktat Eksposisi PL II mengatakan “Allah mempersalahkan Ayub karena satu hal, yaitu kebodohannya.”  Semua itu disadari Ayub ketika  melihat TUHAN, karena itu, saat melihat TUHAN, Ayub menyesal dan duduk dalam debu tanah(42:6).
Lewat penderitaan Ayub bisa melihat TUHAN lebih jelas, sehingga pengenalan akan TUHAN yang terbatas tadi, setelah mendengarkan perkataan TUHAN (psl 38-41), Ayub mulai mengerti tentang kekuasaan TUHAN. Dalam hal ini, tujuan penderitaan bagi Ayub salah satunya adalah mengenal TUHAN secara pribadi.

Memurnikan Iman Ayub(23:10) 

          Hal yang juga penting dalam menanggapi persoalan hidup,  adalah bahwa penderitaan juga datang sebagai ujian. Dalam kasus Ayub, Allah menyetujui usulan Iblis karena Allah tahu iman Ayub adalah iman yang murni. Dalam buku Pengantar Perjanjian Lama Puisi dan nubuatan yang dikarang oleh Clarence H. Benson, mengatakan: “kesetiaan Ayub kepada Allah mengalami ujian yang sangat berat. Allah mengujinya, tetapi iblis yang menggoda dia.”
          Saat Ayub dihadapkan penderitaan, imannya ikut diperhadapkan pada tantangan, “seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti  emas.” Kata “seandainya Ia menguji aku”dari bahasa asli (BüHänaºnî)”  dari akar kata (BaHän), adalah kata kerja yang mengandung arti metafora, (sebuah gambaran).”  Kata seandainya dalam ayat ini lebih tepat jika digunakan kata ibarat, atau seperti, karena maksud Ayub sebenarnya adalah “seperti emas dileburkan pasti didapati murni, seperti itulah ia akan tampil (muncul) dalam ujian.

            Kenyataannya iman Ayub memang diperhadapkan pada ujian lewat penderitaan, sebagai penentu apakah iman Ayub adalah iman yang murni, dan juga sebagai penentu atas pertaruhan Iblis dengan Allah yang sudah mengatakan tentang kesalehan Ayub. Saat Ayub melalui semua penderitaan yang datang dalam hidupnya, bahkan dalam kesengsaraan istrinya menyuruh untuk mengutuki TUHAN, Ayub dengan ketaatan dan tetap percaya kepada Allah yang di sembah, tidak bergeser dari imannya. Iman yang muncul dari pendengaran bertahan dalam pergumulan Ayub sampai melihat TUHAN (42:5).


Menjadikan Tekun Dalam Kesalehan (Ayub 2:9)

          Melalui pergulatan hebat lewat penderitaan, dimana banyak alasan bagi Ayub untuk mundur dari imannya kepada TUHAN, Ayub tampil sebagai orang yang bertekun dalam imannya. Perkataan istri Ayub: ‘masihkah engkau bertekun dalam kesalehanmu(2:9), adalah  sebuah pengakuan istri Ayub, bahwa Ayub memang adalah orang yang bertekun dalam kesalehannya. Yakobus juga mencatat dan menekankan pri-hal ketekunan Ayub: “kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub (Yak 5:11). Oleh karena itu, Ayub berjuang untuk tetap kuat dalam penderitaan. Bahkan secara keseluruhan kitab Ayub, menggambarkan dengan jelas tentang tekunnya Ayub dalam menjaga statusnya sebagai orang yang jujur,saleh, dan takut akan Tuhan.
Menurut “Kamus Bahasa Indonesia, kata tekun  berarti: “rajin, keras hati
dan bersungguh-sungguh (jadi teladan dlm bekerja), berusaha.”  Bisa dikatakan
bahwa Ayub aktif (berjuang) dalam menjaga imannya, dan kesalehannya, kepada TUHAN, sesuai dengan makna dari bahasa Ibrani ((khazaq) yang arti sebenarnya adalah kuat,menjadi kuat, berpengang.”  Jadi Ayub berpengengang kuat pada kesalehannya yang disebut sebagai bertekun.

BAB 3: KAJIAN PENDERITAAN AYUB (tujuan penderitaan Ayub bagi iblis)



Tujuan Penderitaan

           Manusia tidak dapat mempunyai pengetahuan mengenai dunia dan segala yang terjadi di dalamnya, tanpa Allah menyatakan itu kepadanya. Sulitnya untuk menyelami pekerjaan Allah, yang  terkadang manusia membuat bantahan dan keluhan kepada TUHAN. Demikian pula soal penderitaan yang Ayub alami, Ayub tidak mengerti selama mengalami penderitaan. karena itu, lewat peristiwa Ayub, Allah menyatakan banyak hal tentang penderitaan.

Berikut ini penulis akan membahas tentang tujuan penderitan, baik tujuan untuk Iblis, untuk Ayub, bahkan juga bagi Allah.

Bagi Iblis

Tidak bisa dipunggkiri, tokoh yang menciptakan penderitaan bagi Ayub datangnya dari Iblis. Iblis dan Allah bertemu dan membicarakan tentang Ayub. Allah menopang Ayub sebagai contoh orang yang benar. Namun Iblis menantang motivasi Ayub yang tekun dalam kesalehannya. Pertama-tama Iblis menyatakan bahwa Ayub akan mengutuk Allah bila Allah mengijinkan Iblis untuk menjamah segala kepunyaan Ayub dan menyengsarakan diri Ayub sendiri. Allah mengijinkan Iblis untuk membuat Ayub mengalami penderitaan tersebut.
Peranan Iblis jelas, yaitu berusaha untuk menyesatkan umat manusia, supaya manusia menyimpang dari jalan-jalan kebenaran, berbagai cara digunakan untuk semua itu, adapun tujuan Iblis akan mencobai Ayub adalah:

            Sarana Untuk Membuat Ayub Mengutuki TUHAN (Psl 1:11,2:5)
Dalam pasal 1:11: “tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuk Engkau dihadapan-Mu.  Melihat ayat ini, setelah Iblis mendengar perkataan Allah tentang Ayub yang saleh, memunculkan pendapat dan ide Iblis, bahwa lewat penderitaan pada diri Ayub, pasti Ayub akan mengutuki Allah.
Kata ini kembali diucapkan Iblis pada dialog putaran kedua antara Allah dan Iblis dalam pasal 2:5 “tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau dihadapan-Mu,”   dalam bahasa Ibrani:
(yübärákekkä ),  dari kata ( brk ) yang berubah menjadi kata kerja piel, dan diterjemahkan “mengutuki”, serta  menekankan ambisi si iblis (haSSä†än), dengan  mengawali mengatakan “pasti” “ (´im-lö´ ) yangditerjemahkan sungguh-sungguh,”  untuk memberitahukan Allah, bahwa apa yang Iblis katakan, akan terjadi.

           Dalam dua peristiwa yang dicatat pada ayat di atas, tekanan Iblis kepada Allah untuk mendatangkan penderitaan buat Ayub, yaitu supaya Ayub berpaling untuk  mengutuki Tuhannya. Tujuan penderitaan bagi Iblis yang didatangkannya pada Ayub akhirnya menjadi usulan dari istri Ayub, ”Kutukilah Allahmu dan matilah”(2:10). Iblis hanya bisa menjatuhkan istri Ayub, tetapi tidak terjadi pada Ayub.
Dalam hal ini, sangatlah jelas Dugaan Iblis tentang Ayub salah, Iblis menyangka bahwa kesalehan Ayub tehadap Tuhan didasari berkat kekayaan dan kesehatan yang Ayub punya.  Menurutnya bahwa saat harta kekayaan Ayub hilang, bahkan fisik yang melemah karena penyakit berat,  iman dan kesalehannya pun hilang, Ternyata tidaklah demikian. Tujuan  penderitaan bagi Iblis terhadap Ayub, supaya Ayub mengutuki Tuhannya gagal total, sehingga Iblis mundur, dan tidak muncul lagi pada pasal berikutnya.

           Walaupun demikian, penderitaan terus digunakan Iblis sebagai senjata untuk menjatuhkan manusia, karena Iblis tahu, ketekunan adalah sesuatu yang sulit manusia terapkan, khusus saat berada dalam penderitaan.

BAB 3: KAJIAN PENDERITAAN AYUB (dari segi kekayaan)

Dari Segi Kekayaan ( Ayub 1:2-3 )

       Terdapat beberapa catatan mengenai apa yang dimiliki oleh Ayub. Ia di karuniai  7 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan.  Dari segi kekayaan ia mempunyai banyak harta kekayaan, di antaranya: 7000 kambing domba, 3000 unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina dan banyak budak-budak ( Ayub 1: 2-3 ). Oleh karena banyaknya harta Ayub, maka ia menjadi orang yang terkaya di daerah Timur ( Ayub 1:3 ) Ayub digambarkan sebagai orang yang sangat kaya dan tidak ada yang lebih kaya dari pada Ayub.
       Dalam bahasa asli ‘kata kaya dalam terjemahan bahasa Indonesia mengunakan kata dasar "Gädôl, dari “ kata sifat  yang artinya besar, agung,”  bukan sebagai kata kerja, yang berarti besar, menjadi besar. Jadi terjemahan literal di atas adalah : orang ( pria ) itu besar/agung (kaya ) dari semua anak laki-laki(bane = kata benda maskulin dengan akhiran jamak) di sebelah timur ( daerah timur ).  Dari terjemahan di atas sama yang di paparkan oleh Samuel E. Balentine dalam buku Smyth & Helwys Bible Commentary mengatatakan: “Job is “the greatest of all the people of the east,( Ayub adalah “ yang terbesar dari semua [masyarakat/orang] timur ).”  Jadi yang membuat Ayub sangat terkenal di seluruh daerah Timur adalah  karena kebesaran Ayub, atau keagungan, baik dalam hal kekayaannya yang banyak, bahkan kebesarannya dalam hal lain.

BAB 3: KAJIAN PENDERITAAN AYUB ( dari segi keluarga)

Dari Segi Keluarga ( Ayub 1:5;2:10 )

         Keluarga adalah lembaga kecil yang dibuat Allah dalam keberadaan manusia, pentingnya keluarga adalah karena citra keharmonisan yang digambarkan dari Allah Tritunggal, dan keharmonisan itu yang Tuhan inginkan dalam lembaga keluarga pada  orang percaya. Masing-masing anggota dalam keluarga memiliki peran dan kapasitas sesuai ketetapan Allah. Ayub dalam hal ini memiliki peran sebagai ayah bagi anak-anaknya, juga suami bagi istrinya, dan tentunya sebagai imam dalam keluarganya.
      Dari penelitian, penulis mendengar beberapa pandangan dari teologia, tentunya lewat pembicaraan, juga lewat kotbah hamba Tuhan, yang memiliki pandangan tentang Ayub yang gagal sebagai suami dan Ayah yang baik( pandangan dalam kesaksian seorang hamba Tuhan disebuah gereja ). Tapi penulis memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan tersebut.

Ayub Adalah Ayah Yang Baik

       Jarang sekali dan sulit sekali untuk menemukan profil ayah dan suami seperti Ayub, kebanyakan ayah gagal mendidik kerohanian anak-anaknya, bahkan catatan Alkitab mengenai Imam Eli dan Nabi Samuel  pun ternyata gagal mendidik anak-anaknya (1 Sam. 3:13; 8:6).  Ayub adalah salah satu contoh yang baik bagaimana menjadi seorang ayah atau orang tua teladan di dunia ini.  Setiap ayah perlu memperhatikan dan meneladani apa yang dilakukan oleh Ayub, dengan kepekaan, kerendahan hati dan dengan kesetiaan Ayub memantau dan memelihara kehidupan jasmani dan rohani anak-anaknya.  Ayub 1:5 menuliskan dalam kitab Ayub mengatakan:
“apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.

Dalam kasus ini, Ayub hanya antisipasi kalau-kalau anaknya melakukan sesuatu yang tidak terpuji bagi Allah ( mengutuki ), yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia ; mengutuki  dalam  ayat ini mengunakan kata dasar barak  yang mengalami perubahan kata kerja menjadi piel vav/konsikutif perfek  3 umum jamak ( kata dasar ini dibahas pada poin Penderitaan menurut persepsi Ayub),  tidak bisa dipastikan apakah anak-anak Ayub melakukan sesuatu yang salah dalam reuni saudara-bersaudara. Hal ini dikarenakan penempatan kata  dalam ayat ini yang berarti “ mungkin”, artinya mungkin ya dan mungkin tidak. Sikap antisipasi ini menekankan pada pemikiran seorang ayah yang peduli dan menjaga keluarganya, menjadi keluarga idaman Tuhan.

       Keluarga adalah hal yang penting bagi Ayub, semaksimal mungkin ia menjadi ayah yang sesuai dengan tuntutan TUHAN, yaitu mengarahkan anak-anaknya takut akan TUHAN, serta menafkahi keluarganya, dan ia memenuhi semua itu. Ayub membangunkan rumah untuk anak-anaknya, ayat 4 memberitahukan akan hal itu, dan secara bergiliran berkumpul untuk pesta bersama, sekalipun sudah memiliki rumah masing-masing, Ayub tetap memperhatikan kehidupan rohani anak-anaknya, karena ia tahu, tugas sebagai seorang ayah yang baik.

Ayub Adalah Suami Yang Baik

       Di lihat dari status suami, ia juga memberikan makna sebagai suami  yang baik, sebelum terjadi penderitan, bisa di pastikan hubungan antara Ayub dengan istrinya baik-baik saja. Hal itu bisa dilihat saat penderitan menimpa Ayub, ia menanggapi perkataan istrinya saat mengatakan kepadanya untuk mengutuki Allah: “…engkau berbicara seperti perempuan gila, “ , reaksi Ayub ketika mendengar perkataan istrinya. Menurut The Wycliffe Bible Commentary;
 “ pengendalian diri Ayub yang lembut sebagaimana tampak dari jawabannya  terhadap saran istrinya membuktikan secara menyakinkan , seperti halnya madah  pujian yang ia utarakan sebelumnya, dia tidak menyebut istrinya gila, namun ia menuduh istrinya berbicara di dalam keputusasaan itu seperti dari kumpulan yang nasihatnya biasa tidak ia ikuti,

  Jadi Ayub selalu memperlihatkan sisi terbaik dari posisinya sebagai suami, kelembutan yang selalu di berikan, dirasakan oleh istrinya, dari hal  itu, istrinya salalu ada mengawasinya dan tidak meninggalkan dia, dalam pasal 19:17, nafasku menimbulkan rasa jijik kepada istriku”
       Tidak ada pemberitahuan tentang siapa wanita yang melahirkan anak-anak Ayub setelah penderitaan. Kesimpulan bahwa istri Ayub yang menemani sepanjang hidupnya.