Penulisan
Sampai saat ini tidak ada yang memastikan secara pasti siapa penulis kitab Ayub, jikalau bukan Ayub sendiri pastilah memiliki sumber-sumber lisan atau tertulis yang terinci dari zaman Ayub, yang dipakainya di bawah dorongan dan ilham ilahi untuk menulis kitab ini sebagaimana adanya sekarang. Sekalipun beberapa teolog yang meneliti kitab ini memberikan beberapa nama yang bisa dipertimbangkan selain dari Ayub sendiri, “Elihu, Musa, Salomo, Yesaya, Hizkia, Barukh teman dari Yeremia, dsb.”
Dalam diktat Eksposisi PL II, Jeffry P. Miller mengatakan:
Lebih banyak orang yang memilih Musa atau Salomo sebagai pengarang. Menurut Talmud, Musa mengarang buku ini. Dia mendengar cerita ini waktu di Midian lalu mempersiapkan naskah atau menulis naskah di bawah inspirasi Roh Allah. Salomo dianggap pengarang oleh rabi-rabi dan orang lain berdasarkan komposisinya dan isinya yang bersifat hikmat.
Tahun Penulisan
Tujuan Kitab Ayub
sekalipun banyak yang beranggapan bahwa tujuan kitab Ayub adalah untuk menjelaskan misteri penderitaan dari orang benar, kitab tidak memberikan jawaban yang pasti kepada hal ini (dan perkataan-perkataan Tuhan juga tidak menunjukkan secara langsung), karena itu seharusnya hal itu tidak menjadi isu utama sebagai katalisator bagi pertanyaan dari motif yang benar bagi manusia untuk hubungan manusia dengan Allah (lihat 1:9). Jadi tujuan utama kitab kelihatannya adalah untuk menunjukkan bahwa hubungan yang benar di antara Allah dan manusia (dalam semua keadaan) didasarkan terutama pada kasih karunia Allah yang mahakuasa dan respon manusia akan iman dan kepercayaan yang bersifat tunduk.
Penjelasan diatas menekankan karunia Allah pada manusia, dimana orang saleh harus tetap kokoh dan tidak goyah, bahkan ketika kelihatannya tidak ada keuntungan jasmaniah atau duniawi untuk terus mengabdi kepada Allah.
Karakteristik Kitab Ayub
W.R.F. Browning Dalam buku Kamus Alkitab mengatakan:
Susunan kitab ini berupa prosa dalam prolog dan epilognya, sedangkan 3-42:6 berupa puisi, yang di dalamnya terdapat dialog antara Ayub dengan ketiga sahabatnya. Ada tiga seri yang terdiri dari enam pidato, dengan jawaban Ayub untuk masing-masing. Kemudian diikuti dengan campur tangan lebih lanjut dari sahabat yang keempat, yaitu Elihu muda (32-37). Para 'penghibur' Ayub (16:1-2) menjelaskan bahwa bukanlah suatu hal yang tidak masuk akal jika ia harus menderita tekanan seperti itu.
Adapun garis besar susunan kitab Ayub adalah sebagai berikut:
Pertama: prolog (pasal 1-2; (Ayub 1:1-2:13)) yang melukiskan musibah Ayub dan penyebabnya (prosa). Kedua: Tiga rangkaian dialog di antara Ayub dan ketiga orang temannya, ketika mereka jawaban-jawaban yang masul akal untuk penderitaan Ayub {pasal 3-31 (Ayub 3:1-31:40) puisi, dialog-dialog dalam Kitab Ayub dalam bentuk puisi}. Ketiga: Monolog oleh Elihu, seorang yang lebih muda daripada Ayub dan ketiga temannya, yang berisi sekilas pengertian mengenai makna (sekalipun belum mengenai penyebab) penderitaan Ayub (pasal 32-37 (Ayub 32:1-37:24) puisi Dialog-dialog dalam Kitab Ayub dalam bentuk puisi). Keempat: Allah sendiri, yang menegur ketidaktahuan dan keluhan Ayub serta mendengarkan tanggapan Ayub atas penyataan-Nya {pasal 38, 1-42, (Ayub 38:1-38; Ayub 1:1-42:17 Ayub 6:1-30) puisi, Dialog-dialog dalam Kitab Ayub dalam bentuk puisi}. Kelima: Epilog (Ayub 42:7-17) yang mencatat pemulihan Ayub (prosa ).
Setelah penulis menyajikan latar belakang kitab Ayub, maka penulis akan menjelaskan tentang kehidupan Ayub secara pribadi.