Kehidupan Ayub Sebagai Orang Percaya
Pola hidup menggambarkan kwalitas seseorang untuk dinilai, tanpa disadari, orang menonton kehidupan orang lain. Masalahnya terkadang orang menanti-nanti dan mencari kesalahan orang lain, dan mulai menghakimi. Apa bedanya dengan Ayub. Manusia membaca dan berusaha memcari satu titik kesalahannya supaya penderitaan itu wajar menimpa dirinya karena kesalahannya, sama halnya dengan sahabat-sahabat Ayub, menilai dari pengetahuan dan pengalaman sendiri.
Penulis akan memunculkan pola hidup Ayub di balik setiap Firman yang ada dalam kitab Ayub. Sebagai orang yang percaya kepada Allah yang benar, Ayub hidup dalam kebenaran itu. Dan itu akan dilihat dari sisi-sisi kehidupan manusia secara umum dalam pribadi Ayub.
Dari Segi Rohani
Untuk menilai Ayub dari segi rohani, pertama-tama harus diketahui, bahwa Ayub pada masa sebelum penderitaan panjangnya, ia percaya kepada Allah yang benar, walaupun hanya mendengar dari kata orang saja(šümatikä : ( aku telah mendengar/mengerti Engkau.) , ( ia tidak melihat TUHAN, Ayub 42:5 ). Yang kedua standar kehidupan sisi rohani/iman menurut saumiman Saud dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Kehidupan Orang Percaya” mengatakan:
“Kehidupan rohani (Spirituality Of Christian Life ) seorang sering kali bergantung pada dasar kepercayaan yang di bangun oleh orang lain pada waktu dia masih muda atau masih kecil. Firman Tuhan begitu menyentuh, melekat dan terpatri dalam hati seseorang, sehingga tidak ada alasan bagi orang tersebut untuk melanggarnya. ia bisa merasakan Firman Tuhan itu begitu hidup di dalam dirinya, sehingga setiap tutur kata, perbuatan bahkan pikiran selalu mendapat saringan atau sensor setiap saat dari Firman Tuhan yang pernah didengar atau dipelajari.”
Uraian di atas memberitahukan bahwa pengenalan sejak dini tentang kepercayaan, akan membuat iman kuat, dan sisi rohani yang terbentuk, diakibatkan karena Firman Tuhan yang selalu diperdengarkan, sehingga dasarnya menjadi kuat . bagi Ayub, penulis beranggapan bahwa ia mendengar dan menjadi percaya kepada Allah yang diceritakan orang, adalah satu sikap yang hanya diambil dan diputuskan pada orang yang sudah sangat dewasa, bukan saat ia masih kecil, atau muda seperti yang dipaparkan di atas.
Kedua hal diatas akan membawa setiap pembaca dalam sebuah anggapan?, wajarlah Ayub jika tidak memiliki iman yang kuat. Tapi kontras dari itu, iman Ayub, sulit untuk digambarkan.
Dimulai dari Pasal 1:1, “ Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur , ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Dalam ayat pertama ini, narator memperkenalkan Ayub dari segi rohani, dengan menekankan empat hal yang spesial tentang hubungan spiritual antara Ayub dan TUHAN ; jujur, saleh, takut akan Allah, dan menjahui kejahatan. Dan TUHAN mengakui itu, bahkan memperkenalkan Ayub kepada iblis, bahwa ia jujur, saleh, takut akan TUHAN, dan menjahui kejahatan, (Ayub 1:8, dan psl 2:3 ),” dan bahwa tidak ada orang seperti dia di muka bumi ini.
Tafriran Alkitab Masa Kini 2, mengatakan:
“ Wataknya tampil dalam terang yang menabjubkan selaku orang yang saleh dan jujur. Saleh bukan berarti sempurna tanpa dosa, hal yang tak pernah dituntut bagi Ayub. Sebaliknya hal ini merangsang kita untuk memikirkan bahwa Ayub adalah serba matang dalam bidang moral. Seorang yang mempunyai watak yang seimbang dan berkepribadian yang mantap.
hal diatas telah disampaikan Ayub sendiri dalam Ayub 9:20 yang mengatakan:
(KJV): ‘If I justify myself, mine own mouth shall condemn me; if I say, I am perfect, it shall also prove me perverse’ ( Jika aku membenarkan diriku sendiri, mulutku sendiri akan menyalahkan aku; jika aku berkata: aku sempurna, itu juga akan membuktikan aku sesat).
Karena itu, sisi kerohanian Ayub dilihat dari beberapa hal:
-
Jujur
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, itulah kejujuran. Maksudnya Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Kejujuran juga bersangkutan dengan pengakuan, Ayub juga mengakui bahwa ia tidak sempurna ( ps 9:20 )
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jujur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi adalah: 1 lurus hati; tidak berbohong (msl dng berkata apa adanya); 2 tidak curang (msl dl permainan, dng mengikuti aturan yg berlaku): mereka itulah orang-orang yg -- dan disegani; 3 tulus; ikhlas.” Sedangkan dalam bahasa ibrani, kata ini mengunakan kata sifat: rv"±y"w> wüyäšär,” berasal dari kata rv'y" (yäšär ) yang diawalai w> particle conjunction ( Vav Konsekutif),” yang artinya benar, jujur” . Jadi Ayub adalah seorang yang jujur dalam mengatakan kebenaran ( hal yang benar).
Kejujuran Ayub diakui TUHAN, pada akhir peristiwa penderitaannya, Ia mengatakan:
“Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub ( ps 42:7 )
Allah menyatakan bahwa apa yang dikatakan Ayub itu benar. Allah tidak bermaksud bahwa segala sesuatu yang dikatakan Ayub itu sungguh tepat, tetapi bahwa tanggapan Ayub kepada ketiga temannya sangat jujur di hadapan Allah dan sikapnya berkenan kepada-Nya. Jadi "jujur" menunjukkan kebenaran dalam perkataan, tindakan, dan pikiran.
-
Saleh
Ayub dikatakan saleh oleh Allah sebelum penderitaannya dimulai, itu kerena Allah pasti melihat kesalehan Ayub dalam hidup pada masa-masa ia mulai percaya. Ada file yang tidak dicatat dalam LXX, karena menurut Tafsiran Alkitab Wycliffe “ bukti-bukti yang ada bukan terutama dari luar kitab ini, sebab sekalipun teks LXX tentang Ayub lebih pendek sekitar seperlima dari teks Masoret, bagian-bagian yang dihilangkan jelas tidak penting.” Jadi ada bagian-bagian yang tidak dicatat.
Saleh adalah kata yang di terjemahkan dari bahasa Ibrani(Täm ),” kemudian diterjemahkan” blameless”( NIV, NKJV, NAS, LXE dll )” artinya suci (saleh), dan kata (Täm ) juga bisa diterjemahkan perfect ( Complete ) oleh ( KJV) artinya lengkap /sempurna. Jadi Ayub dalam sisi rohani, di pandang dari kesalehannya dibuktikan sesuai tuntutan standar Allah, dan ia melakukan semua tuntutan itu, dengan perfect (Complete) tanpa ada yang diabaikan dari standar Allah.
salah satu bukti kesalehan Ayub adalah menanggapi setiap apa yang dilakukan anak-anaknya, Di pasal 1 ayat 4-5, ia berusaha menjaga kekudusan dalam hidupnya, bertekun dalam kesalehannya dalam keadaan apapun, dan pengharapannya kepada Allah yang menebus ( 19:25-27).
-
Takut akan TUHAN
Kata takut mengunakan kata dasar yare yang di awali kata penghubung, menjadi
( whîrë´ ) dan ia takut, bukan ketakutan, karena objek ketakutan, ditentukan dengan מִן ,atau מִפְּנְי , אֵת sedangkan dalam takut akan Allah dalam bahasa Ibrani takut ini sama dengan takut yang dipaparkan dalam kitab Mazmur 128:1 dl, yang memiliki pengertian pengertian yang sama. Catatan untuk kata takut:
Alkitab menggunakan beberapa kata untuk mengartikan takut atau ketakutan. Yang paling umum adalah kata Ibrani יִרְאָה - YIR'AH dan פָּחַד - PAKHAD, Yunani φοβος – PHOBOS dan δειλοι - DEILOS . Secara teologis dapat dikemukakan lima macam "takut“
Dalam Amsal 8:13: Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku membenci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.’’ kata takut dalam Ayub dan Amsal ini memiliki pengertian yang sama, yaitu takut yang positif, yaitu kesukaan yang membuat ia melakukan apa yang TUHAN mau ( membawa ketaatan kepada Allah ), dan merasa hal yang menyeramkan apabila melakukan hal yang tidak sesuai dengan apa yang TUHAN inginkan. Jadi kata takut akan Allah itulah yang membuat Ayub menjahui segala hal yang dikatakan kejahatan.