Dalam perumpamaan Tentang Talenta, Tuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil perjuangan moral. Perumpamaan ini tidak mengajarkan bahwa kita masuk Kerajaan Surga dengan usaha moral, Ada hal sejajar yang perikop ini ajarkan dengan yang perikop sebelumnya, menekankan soal kesiagaan, kesungguhan, dlsb. Sehingga kita tidak bermain-main dengan kebaikan Allah.
Perumpamaan talenta ini menggambarkan bahwa hidup ini adalah karunia (ayat 15). Tiap orang mendapat jumlah talenta berbeda-beda. Tuan dalam perumpamaan ini memberikan kepada masing-masing hambanya kesempatan untuk mengembangkan talenta tersebut, semua tidak menerima jumlah yang sama, karena mereka tidak memiliki kesanggupan dan peluang yang sama. Tuan di sini adalah pemilik yaitu Allah, dan Allah adalah Pelaku yang bebas, Ia memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya, beberapa orang cocok untuk suatu pelayanan tertentu, yang lain dalam bidang lain lagi, sama seperti anggota tubuh, mempunyai fungsi masing masing.
HAMBA yang dipercaya adalah 1. seorang yang bertanggungjawab pada apa yang telah ditugaskan kepadanya, Setiap umat Tuhan diberikan panggilan dan karunia untuk dikembangkan demi kemuliaan Tuhan. Pada saat Tuhan datang kembali, Dia menuntut tanggung jawab kita.
Di dalam penghakiman akhir, Tuhan tidak melihat seberapa besar jumlah kegiatan pelayanan kita, tetapi Ia melihat bagaimana tanggung jawab kita di dalam mengembangkan talenta yang telah Ia berikan sesuai dengan kesanggupan kita. Hukuman diberikan kepada orang yang sebenarnya tahu apa yang harus dia lakukan, tetapi tidak melakukannya. Orang yang demikian disebut sebagai munafik karena hanya memikirkan keselamatan diri sendiri dan bukan kemuliaan Tuhannya.


