Family

Family

Tuesday, December 4, 2018

BAP 2:PANDANGAN TENTANG PENDERITAAN.

BAB  II
PANDANGAN MANUSIA DALAM MEMAHAMI PENDERITAAN

           Seiring berkembangnya waktu, kepercayaan yang di anut manusia semakin banyak. Masing-masing kepercayaan membawa pemahamannya sesuai dengan doktrin yang diyakini sebagai sesuatu kebenaran, sehingga hal tersebut menghasilkan pemahaman suatu kebenaran/doktrin yang saling bertentangan.
Salah satu doktrin yang sangat menarik dan penting untuk dibahas adalah tentang penderitaan. Dikatakan menarik karena penderitaan hadir dalam setiap kehidupan anak manusia. Ketika bicara penderitaan, ada hal-hal yang masih merupakan misteri, mengapa orang menderita, darimana, dan untuk apa penderitaan itu datang.

Definisi Penderitaan

Sebelum membahas lebih lanjut, penulis akan menguraikan lebih dahulu tentang definisi penderitaan. Penderitaan merupakan kata majemuk berasal dari akar kata derita, dari bahasa sansekerta  yang artinya menanggung. Dalam bahasa Indonesia, derita adalah “sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di dalam hati (seperti kesengsaraan,penyakit)” atau menderita, yaitu” menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan.”  Jadi penderitaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, dan menyusahkan, ditanggung dalam hati, baik kesengsaraan, penyakit, serta pergumulan
hidup lainnya.
Dari bahasa asli ( Ibrani ), kata penderitaan berasal dari  “baeÞK(k’eb),keh-abe ; yang memiliki arti derita atau penderitaan, dukacita ( berdukacita ), sedih.”  Contohnya dalam Kitab Ayub pasal 2:13, pada kalimat terakhir, menggambarkan bahwa penderitaan yang dialami Ayub terlihat  sangat (teramat) berat sekali.
Agar didapatkan gambaran penderitaan yang kompherensif, penulis akan menggali pandangan umum dan kristiani tentang penderitaan.

Pandangan Manusia Secara Umum

Untuk mengenal pandangan penderitaan secara umum, Penulis akan mempaparkan beberapa pandangan tentang  doktrin penderitaan dari berbagai alirankepercayaan, yaitu dari Animisme, Budha, Hindu, Islam dan Khatolik.

Animisme

Animisme adalah agama suku, yang percaya pada kepercayaan nenek moyang atau leluhurnya. Don Richardson, sebagaimana yang dikutip oleh John Culver dalam diktat Agama dan Keagamaan Bagian 1, mengatakan: “pada umumnya mereka percaya bahwa Allah yang maha tinggi ini sedemikian besar dan mulia, sehingga tidak mendiami kuil, dan tidak bisa digambarkan atau di wujudkan dalam bentuk berhala “.  Kata Animisme sendiri bermula dari pemahaman tentang:
Alam nyata (nature) adalah suatu yang dinamik (hidup) dan bukan mekanistik (benda mati). Alam nyata dan semesta berdenyut, berdebar-debar  dengan “Hidup,” namun bukan hidup yang persis sama dengan hidup kemanusiaan. Alam yang nyata ini terselubung di dalam alam yang tidak nyata. Namun alam tidak nyata tidak hanya memanfaatkan atau bertindak di dalam  alam tidak nyata (nature) ini. Dalam satu pengertian keduanya sama dan satu, dalam satu pengertian yang lain tidak satu. Pemahaman ini disebut “animisme” oleh para ahli antropologi.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya animisme percaya benda mati itu bukan sebagai benda yang mati, melainkan hidup dalam kesatuannya dengan alam. “Semua aliran agama di atur oleh hukum,”  menurut agama suku atau animisme, peradilan melalui penyiksaan atau ujian. Selain itu, kutukan dari ilahi adalah akibat dari sebuah kesalahan. Jon Culver mengatakan; “bentuk dari ujian (trial dy Ordeal) berbeda-beda tergantung pada suku yang melaksanakannya.”  Jadi menurut Animisme, ujian yang membawa penderitaan, dan penderitaan  ada karena satu konsekuensi dari kesalahan, bisa lewat adat, maupun kutuk dari dewa.

Budha

Keyakinan yang dianut oleh pengikut Budha hanya sebuah filosofi kehidupan yang mengajarkan kebaikan kepada para pengikutnya.Pengajaran yang utama dalam agama Budha yaitu Dharma.
Dharma atau yang disebut juga Dhamma adalah ajaran Buddha, yang merupakan kebenaran mutlak atau doktrin agama Buddha yang dikenal dengan empat kebenaran mulia, yaitu: Dukha (Dukha), Dukha Samudaya, Dukha Nirodha, Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga (Dukha Marga) atau yang sering disebut dengan Jalan Utama Berunsur Delapan.

1. Dukha (Dukha)

Wikipedia menguraikan Dukha sebagai berikut:
Berbagai bentuk penderitaan yang ada di dunia ini dapat dirangkum ke dalam tiga bagianutama atau kategori, yaitu:
I. Penderitaan Biasa (Dukkha-Dukkha), misalnya sakit flu, sakit perut, sakit gigi, dan sebagainya. 2. Penderitaan karena Perubahan (Viparinama-Dukkha), misalnyaberpisah dengan yang dicintai, berkumpul dengan yang dibenci, tidak tercapai apa yang diinginkan, sedih, ratap tangis, putus asa, dan sebagainya. 3. Penderitaan karena memiliki Badan Jasmani (Sankhara-Dukkha), yaitupenderitaan karena kita lahir sebagai manusia, sehingga bisa mengalami sakit flu,sakit gigi, sedih, kecewa, dan sebagainya.

Dari penguraian di atas dapatlah dipahami bahwa dukha (dukha) merupakan penderitaan yang dialami semua manusia, baik tua maupun muda dalam segala aspek kehidupan yang ditemui di lapangan. Jadi kesimpulannya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia ini adalah penderitaan.

2. Dukha Samudaya

Harun Hadiwijono dalam bukunya Agama Hindu dan Buddha   menjelaskan tentang dukha samudaya, bahwa:
Yang dimaksud dengan samudaya adalah sebab. Penderitaan ada sebabnya. Yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah keinginan pada hidup, dengan disertai nafsu yang mencari kepuasan di sana-sini, yaitu kehausan pada kesenangan, kehausan pada yang ada, kehausan pada kekuasaan.

Dalam pengertian dukha samudaya seperti yang dijelaskan di atas, maka dapat dipahami
bahwa sesungguhnya segala yang diderita oleh manusia adalah merupakan sebab dari keinginan manusia itu sendiri dalam menapaki hidup, karena disebutkan bahwa ada sebab maka penderitaan tak dapat diketahui awal dan akhirnya. Jadi kesimpulannya adalah ada penderitaan pasti ada sebab.

3. Dukha Nirodha

To Thi Anh dalam bukunya Nilai Budaya Timur dan Barat menjelaskan tentang Dukha Nirodha:
Sekarang, o bhiku, inilah kebenaran mulia tentang melenyapkan penderitaan.Sesungguhnya, melenyapkan itu berarti menghapuskan keinginan secara sempurna, membuang keinginan itu, menyangkalinya, memisahkannya dari diri dan tidak memberikan tempat baginya.

Pernyataan di atas jelas mengajarkan kepada seluruh manusia agar menghilangkan segala keinginan dan hawa nafsu dan tidak memberikan peluang atau tempat bagi keinginan itu di dalam hati setiap manusia, dengan jalan demikian penderitaan dapat dilenyapkan atau dihilangkan dari diri setiap manusia.

4. Dukha Marga

Dukha Marga atau yang juga disebut Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga (Jalan Utama Berunsur Delapan) adalah merupakan akhir dari dukha. Abu Ahmadi dalam bukunya Perbandingan Agama memaparkan tentang Jalan Utama Berunsur Delapan.
Cara untuk dapat melenyapkan penderitaan itu hanya dengan menjalani delapan jalan kebenaran yang diberikan oleh Buddha yaitu:
1. berpandangan benar, 2. berniat benar, 3. berbicara benar,4. berbuat benar
5. berpenghidupan benar, 6. berusaha benar, 7. berperhatian benar,
8. memusatkan fikiran dengan benar.
Pelepasan dari penderitaan hanya dapat dicapai jika orang yakin akan empat kenyataan tersebut. Tak perlu mencari pandangan yang bersifat dalam, tak berguna lagi orang bertapa, tak perlu mempelajari buku2  Veda, Brahmana dan Upanisyat. Yang harus dijalankan hanya delapan petunjuk yang diberikan oleh Buddha.

Dari penguraian di atas, jelaslah bahwa segala bentuk dukkha hanya dapat dilepaskan atau dihilangkan dengan mengikuti delapan jalan yang ditunjukkan oleh Buddha. Dengan kata lain, buku-buku Veda, Brahmana dan Upanisyat  tidaklah terlalu penting dibanding dengan Jalan Utama Berunsur Delapan yang diajarkan oleh Buddha dalam realita kehidupan.

Hindu

           Hindu adalah salah satu agama tertua yang dianut umat manusia. “Negara yang mayoritas agamanya Hindu adalah India.Dimana penganutnya mencapai 78,8%  dari jumlah penduduk. Dalam agama Hindu  dibagi dalam tiga kelompok utama, yakni kelompok Wisnu, kelompok Syiwa, dan kelompok Shakti.”
Salah satu hal yang penting bagi orang-orang Hindu adalah kasta, untuk membedakan kekhastaan tingkat dalam kehidupannya. David W. shenk dalam bukunya yang berjudul Ilah Ilah Global mengatakan :
Kasta-kasta tersebut dikenal dengan varna, yang berarti warna. Orang-orang Arya menguasai kasta-kasta kelas atas dan orang-orang Dravidia menguasai kasta-kasta yang lebih rendah. Empat prinsip kasta berkembang: (1) Brahma, kasta iman; (2) Ksatria, kasta prajurit dan penguasa, (3) Waisya, kasta pedangang; (4) Sudra, kasta petani. Orang-orang yang tersisih bisa dianggap sebagai kasta utama kelima.Sistim kasta ini akhirnya menjadi tembok yang melarang perkawinan lintas budaya.
Melihat kasta -kasta di atas, yang dibagi sesuai golongan keberadaan, maka kasta ke empat (Sudra), sebab itu sudra adalah golongan jelata, yang merasa menderita. Sesuai dengan kepercayaan Hindu, semua penderitaan itu disebabkan karena inkarnasi dari masa lalu yang tidak baik.

           Hindu mempunyai istilah paham  kepercayaan yang disebut karma, atau disebut akibat perbuatan, Harun Hadiwijono mengatakan:
Pada dasarnya ajaran ini mengajarkan, bahwa barangsiapa yang berbuat baik ia akan menuai yang baik, akan tetapi barangsiapa yang berbuat jahat, ia akan menuai hukumnya. Nasib manusia tergantung pada perbuatannya, kepada karmanya.Manusia adalah ciptaannya sendiri. Didalam Kitab Upanisad dikatakan, bahwa sesuai dengan seseorang berbuat, sesuai dengan seseorang berkelakuan, demikianlah ia menjadi. Yang melakukan baik menjadi baik, yang melakukan jahat menjadi jahat.Segala sesuatu ditaklukkan kepada karma, baik manusia maupun dewa, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan karma juga menguasai hidup yang telah lalu dan yang akan datang.

           Dengan demikian, uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa sebuah penderitaan, adalah hasil dari apa yang sudah dilakukan (karma), namun jika sistim kasta dapat dibangun dengan baik, maka Karma menentukan kasta seseorang pada kehidupan yang akan datang (inkarnasi).

Islam

Muhammad adalah pendiri agama Islam,  lahir sekitar tahun 570 M.”  . David  W. Shenk berkata : zaman Islam tidak dimulai dengan kelahiran Muhammad, awal pewahyuan atau kematiannya. Hijrahlah yang menandai permulaan zaman islam. Hijrah merupakan peristiwa yang memiliki makna teologis menentukan.Hijrah  memberikan orang muslim solusi terhadap teka-teki penderitaan yang tidak adil: Allah menyelamatkan sang nabi dari musuh-musuhnya.

Jadi sejarah munculnya agama islam, dilihat dari hijrahnya sang nabi, yang dianggap memiliki makna tersendiri dalam teologia Islam.
Ide penderitaan dalam Islam didasarkan pada gagasan fundamental dari ketidaksempurnaan hidup manusia. “Sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dalam kehidupan rasa sakit, kerja keras dan percobaan (Quran 90:4).”  Manusia yang beriman pada Tuhan akan diuji. Ujian dalam bentuk bencana dan kemalangan, sehingga takdir merupakan bagian pemahaman dari Islam. Hal tersebut dapat dibaca dengan jelas dalam Al-Insan : ”Dan kamu tidak  menghendaki ( menempu jalan itu ), kecuali bila dikehendaki Allah” .
Harun Hadiwijono, dalam buku Iman Kristen, mengatakan:Agama islam percaya kepada takdir, berdasarkan Hadiz nabi yang mengatakan, bahwa atas pertanyaan Jibril nabi Muhammad berkata: “Hendaklah engkau iman terhadap Allah, para malaikatnya, para rasulNya, hari kiamat dan hendaklah engkau beriman akan qatar, ketentuan baik dan buruk.
Demikian juga Yusuf Qardhawi dalam bukunya mengatakan:
Jadi manusia itu berkemauan , karena Allah menghendakinya untuk berkemauan. Inilah makna dari ‘ Laa Haulaa Quwwata Illa billa. Atau bahwa manusia itu tidak mempunyai daya dan kekuatan untuk mengambil manfaat dan menolak bahaya, tetapi daya dan kekuatannya itu bukan dari dan dengan dirinya sendiri, namun dengan dan dari Allah.
Dari konsep di atas jelaslah bahwa segala keputusan dan pilihan, atau semua yang terjadi pada manusia adalah dari Allah, termasuk penderitan datangnya dari Allah. Sehingga penderitaan  adalah Takdir, ditentukan dan ditetapkan oleh Allah, sekalipun itu pilihan, tetapi pilihan itu sendiri dari Allah. Demikian juga, Purwanto dalam diktat Sosiologi agama mengatakan:
Kalau dunia beserta isinya, dan demikian pula setiap langkah manusia sudah ditentukan sebagaimana nasibnya, maka tiap kesalahan dan kejahatan adalah di luar tanggung jawab manusia. Ia hanyalah berjalan di atas garis yang sudah di  bentangkan oleh Ilahi. Dengan demikian maka setiap ikthiar manusia sia-sia belaka dan tak ada sedikitpun usaha yang diperlukan.
Dari beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa menurut orang menderita karena takdir yang sudah ditentukan, sehingga manusia tak bisa mengelaknya. Abdul Qodir Abu Faris dalam bukunya yang berjudul ‘Ujian,Cobaan, Fitnah, Dalam Da’wah, Mengatakan: “Allah Subhanahuwa Ta’ala telah menguji Nabi Ayyub Alaihissalam dengan cobaan lewat anggota badannya, kehilangan anak, harta dan istri.” Dari pernyataan ini, penulis dapat memahami bahwa menurut Islam penderitaan ada karena adanya pencobaan dari Tuhan.

Khatolik

Menurut pandangan Khatolik, penderitaan ada karena suatu deretan peristiwa, yang dimulai dari jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa. Kemudian Manusia berkembang namun tetap merupakan satu kesatuan karena asal yang sama, dimana Allah telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia dari satu orang (bandk Kis. 17:26), sehingga dosa teradopsi dari Adam dan Hawa.
Menurut  Alfred B. Jogo Ena, dalam tulisannya berjudul “Manusia menurut Pandangan Khatolik:
penderitaan manusia, lebih dari sekedar sebagai persoalan teodicea, adalah dasar bagi hubungan personal manusia dengan Allah. Sebab ia memiliki dimensi etis eskatologis dalam pengertian penderitaan manusia adalah catatan kaki dari penderitaanKristus. Sebagai catatan kaki berarti penderitaan manusia berpartisipasi secara aktif dalam penderitaan Kristus di Salib dan justru karena itu penderitaannya diangkat kepada tataran ilahi yakni kebangkitan.

Jadi  untuk memulihkan tanggung jawab yang telah dilanggar oleh manusia, Allah mengkomunikasikan diri-Nya kepada manusia dalam diri Yesus Kristus. Dan penderitaan manusia adalah sebuah peran yang akan dimainkan, tanda manusia ikut dalam penderitaan Yesus Kristus.
Alfred B. Jogo Ena, dalam buku yang sama mengatakan:
Pengangkatan penderitaan manusia kepada tataran ilahi ini dimungkinkan karena penderitaan Kristus adalah peristiwa antisipatif terhadap sejarah penderitaan manusia di dunia dalam segala zaman. Penderitaan Kristus adalah peristiwa historis antisipatif, ini sama artinya dengan mengatakan bahwa penderitaan manusia partisipatif dalam penderitaan Kristus. Sebab jika penderitaan manusia dapat dilihat secara terpisah dari penderitaan Kristus atau tidak memiliki rujukan eskatologis, maka bukan saja bahasa profetis liberatif yang akan menemukan jalan buntu mengangkat penderitaan manusia kepada tataran ilahi, tetapi juga bahwa warta tentang keselamatan yakni kebangkitan Kristus, akan merupakan skandal bagi orang-orang yang menderita.

Jadi  penderitaan manusia itu memuncak dalam penderitaan Kristus yang mengandung nilai eskatologis demi penebusan manusia. Penebusan itu sendiri terjadi sebagai buah komunikasi personal manusia yang solider dengan penderitaan Kristus.

Pandangan KristenTentang Penderitaan

Pandangan tentang penderitaan yang sudah penulis jelaskan di atas, adalah berdasarkan doktrin umum dari berbagai agama. Dengan adanya pandangan umum tersebut maka penulis akan meneliti penderitaan ditinjau dari sudut pandangan teologia atau perfektif  iman kristen.
Berikut ini, penulis akan menguraikan doktrin penderitaan dalam iman Kristen, dimana pandangan ini akan diwakili oleh doktrin Armenian dan Calvinis, karena kedua pandangan tersebut memiliki perbedaan dalam berbagai doktrin.

Arminian

“Arminianisme merupakan satu istilah yang digunakan untuk menjabarkan pandangan teologis dari Jacobus Arminius (1560-1609 ), dan gerakan yang mengikuti pengajarannya. Dari pandangannyalah akhirnya dikenal “Teologi Arminian.”
Tokoh-tokoh teologi Arminian kurang membahas penderitaan dalam buku-buku yang diterbitkan, seakan-akan penderitaan bukanlah sesuatu hal yang perlu untuk dibahas. Hal yang perlu diketahui bahwa sekalipun Arminian mengajarkan doktrin dosa asal yang mempengaruhi kehidupan manusia, “tetapi ini tidak berarti suatu imputasi dosa legal.  GotQuestiuns?Org memaparkan pengertian amputasi sebagai berikut:
Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan diimputasikan berarti mengambil sesuatu dari orang lain dan memperhitungkan itu kepada orang lainnya lagi. Sebelum hukum Musa memberikan, dosa tidak diperhitungkan kepada manusia sekalipun manusia tetap berdosa karena dosa warisan. Setelah hukum taurat diberikan, dosa-dosa yang melanggar hukum taurat diimputasikan (diperhitungkan) kepada manusia (Roma 5:13).
jadi bisa dikatakan hukuman atau yang disebut konsekuensi berasal dari diri sendiri, sudah pasti termasuk penderitaan. Doktrin keslamatan Armenian mengajarkan Yesus datang untuk semua orang, tetapi orang percaya dapat berpaling dari anugrah dan kehilangan keslamatan.
Paul Enns dalam“ Buku Pegangan Teologia” mengatakan:
Mereka yang bekerja sama di dalam Kristus dengan iman yang benar, dan mengambil bagian dalam Roh yang memberikan kehidupan, memiliki kuasa penuh untuk berjuang melawan setan,dosa, dunia dan kedagingan mereka sendiri, dan mendapatkan kemenangan; telah dipahami dengan baik bahwa itu melalui pertolongan Roh Kudus; dan bahwa Yesus Kristus menolong mereka melalui Roh Kudus-Nya dalam semua pencobaan, dengan mengulurkan tangan-Nya, dan hanya apabila mereka siap untuk konflik itu, dan berkeinginan menerima pertolongan, tidak pasif tetapi aktif, maka mereka tidak akan jatuh.
Dalam artikel kelima” ketekunan bersyarat” , adalah “ penderitaan atau masalah-masalah hidup, yang yang dipaparkan diatas sebagai pencobaan,  baik dari setan, yang bisa saja membuat orang berpaling dari Kristus dan kehilangan keselamat. Agar manusia tetap selamat dan tinggal dalam anugrah Allah, maka manusia harus tetap hidup dalam kekudusan. Oleh sebab itu kekudusan hidup adalah senjata utama agar manusia tetap dalam anugrah Allah.

Calvinis

Berbicara tentang Calvinisme atau aliran Calvinis, dengan sendirinya harus berbicara tentang Johanis Calvin atau Jean Cauvin (1509-1564). Tokoh reformasi yang tidak kalah pengaruhnya dari Martin Lhuther.Calvin “lahir di Noyon, Prancis utara, pada 10 Juli 1509.”
Doktrin tentang penderitaan di aliran Calvinis tidak terlalu mendapatkan sorotan. Sekalipun demikian, dalam gereja Calvinis ada perkunjungan pada jemaat yang berada dalam penderitaan, baik sakit, duka cita, juga masalah kehidupan lainnya.

Th. Van Den End dalam bukunya yang berjudul “ Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme” mengatakan:
Para pelayan, wajib mengunjungi orang-orang sakit, dan menghibur mereka dengan Firman Tuhan seraya mengungkapkan kepada mereka bahwa seluruh penderitaan dan sengsara mereka datang dari tangan Allah dan dari pemeliharaannya yang baik, dan bahwa apa saja yang didatangkan-Nya atas orang-orang percaya milik-Nya harus berguna bagi kesejahteraan dan keslamatan mereka.
Dari pernyataan di atas, Gereja Calvinis menganggap bahwa penderitaan yang di alami oleh orang percaya itu datangnya dari Allah. Dimana Allah berotoritas dalam kehidupan manusia, dan Allah punya cara memelihara umat-Nya.
Dalam pengakuan iman Gereja ( Calvinis ) Perancis, di buku yang sama “Enam Belas Dasar Calvinisme, Pasal VIII bagian c dan d, tentang pemeliharaan Allah, :
Sebab kehendak-Nya merupakan patokan  berdaulat dan tidak mungkin bersalah untuk segala kebenaran dan keadilan, akan tetapi Dia memiliki sarana-sarana yang mengagumkan untuk memperalat iblis dan orang jahat sedemikian rupa, sehingga Dia tahu mengubah kejahatan yang mereka lakukan, dan yang menjadi kesalahan mereka, menjadi kebaikan.
Gereja Calvinisme, menekankan tentang segala sesuatu yang terjadi berpusat pada Allah yang berdaulat, dan yang mengijinkan penderitaan terjadi (sekalipun oleh perbuatan iblis) di mana penderitaan Allah izinkan.
Jadi pada dasarnya teologi Calvinis memandang penderitaan adalah sesuatu yang penting dan harus di pahami oleh setiap umat percaya, hal itu dapat dilihat dari implementasi gereja-gereja aliran Calvinis yang memperhatikan keadaan jemaat, dan menetapkan dalam gereja sebagai pengakuan. Pengakuan tersebut dibuat supaya umat memahami konsep penderitaan, dan mampu menghadapi persoalan hidup.

KARYA ILMIAH
SKRIPSI Krisallati.

Qohelet - Krisallati

Biodata

Nama      : KRISAL lati Salupuk Ttl.           : Lebang , 28-2-1978 Alamat  L: Jln Lasaktia Raja, km 3, lebang                     P...

INSPIRASI " KESAKSIAN IMAN