Family

Family

Sunday, June 14, 2020

PANDANGAN PAULUS TENTANG HUKUM TAURAT MENURUT KITAB ROMA oleh:Krisallati Salupuk


DAFTAR ISI


BAB 1              : PENDAHULUAN
BAB II              :  HUKUM TAURAT
1.      Perjanjian Lama        .
A. Historis Hukum Taurat
B.  Terminologi Taurat
2.      Perjanjian Baru
A.  Kitab Roma
B.   Yesus Kristus dan Taurat

BAB  III           : PANDANGAN PAULUS TENTANG HUKUM TAURAT
                DALAM  KITAB ROMA
1.      Dampak Hukum Taurat Menurut Paulus Dalam Kitab Roma
A. Hukum Taurat Menyebabkan  Mengenal Dosa ( Roma 5:13 )
B.  Hukum Taurat Membawa pada Kematian ( Roma 7:10-11)
C.  Hukum taurat Tidak Dapat Membenarkan Manusia(Roma 3:21-31)
D. Hukum Taurat Tidak Menyelamatkan. ( Roma 10:1-10)
2.      Hubungan Hukum Taurat Dan Yesus Kristus Menurut Paulus Dalam Kitab Roma
A. Hukum Taurat Adalah Hukum Allah (Roma 7:22)
B.  Hukum Taurat Menunjuk Kepada Mesias ( Roma 10:4-13)
C.  Taurat Bukan Penghalang Menerima Keslamatan ( Roma 9:30-33)
D.    BAB  IV : KESIMPULAN

E.        BIOGRAFI ………………………..

BAB  I
PENDAHULUAN

                  Hukum Taurat adalah Hukum dasar yang harus ditaati  seluruh umat beragama Yahudi. Hukum ini diterapkan pada kesepuluh hukum (Keluaran 20 ), kemudian pada segala hukum  dan peraturan dari Tuhan, khususnya pada kelima kitab Taurat (  Pentateukh ).
               Hukum Taurat sangat melekat pada orang Israel dalam kehidupan mereka sehari-hari, bagi bangsa yang terpilih mereka memahami bahwa hukum Taurar adalah hukum yang diajarkan Allah secara langsung kepada bangsa itu. Melanggar hukum taurat Allah berarti  melanggar kehendak Allah, memelihara hukum Taurat berarti mentaati kehendak Allah.
Karena ini adalah kewajiban bagi bangsa pilihanNya, dalam hukum Taurat Allah memberikan dua konsekuwensi kepada bangsa itu, yaitu Kutuk dan berkat.  Bahwa Allah akan memberkati orang yang setia dan tidak melanggar Hukum Taurat, dan Allah mengutuk setiap orang yang mengabaikann Hukum Taurat.
              Hukum Taurat ini dipelihara dari generasi ke generasi kaum Yahudi sebagai standar hubungan mereka kepada Tuhan, bahkan dalam tatanan kehidupan bangsa itu, telah ditetapkan kaum tersendiri dalam hal memimpin keagamaan, atau sebuah lembaga, yang selalu menyoroti kehidupan masyarakat dalam hal hukum Taurat. Salah satunya,  pada abad pertama Masehi, adalah Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Paulus.



BAB  II
HUKUM TAURAT


1.      Perjanjian Lama
Hukum Taurat dikenal bermula dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari mesir           (Sinai). Hukum ini sebagai pagar untuk mendisiplinkan umat pilihan di hadapanNya sebagai bangsa yang kudus. Menurut penulis, latar belakang hukum diberikan karena adanya perjanjian Allah ( covenant (berit )) kepada bangsa itu lewat Abraham, Ishak dan Yakob.
Bila dicermati hukum-hukum dalam PL, yang biasa di lihat adalah hukum yang dikatagorikan dalam beberapa hal, 1. Hukum-hukum moral. 2. Hukum-hukum upacara, ( mengenai korban dan cara memilih/memberikan korban) , 3 hukum-hukum sipil ( tahir atau tidak tahir ).[1] Jelas bahwa Taurat adalah perjanjian antara Allah dan Israel.

A.    Terminologi Taurat

              Kata torah dari kata kerja bahasa Ibrani yarah.  וּלְהוֹרֹ֖ת" dalam pangkal verba (konjugasi) hifil,  infinitive konstruk kata ירה (yarah)”[2] berarti "memberi pengajaran, mengajarkan, menunjukkan" (misalnya pada Kitab Imamat 10:11). Jadi kata torah dapat bermakna "ajaran" atau "instruksi", boleh ajaran dari ibu, ajaran dari ayah, atau ajaran dari Tuhan. Terjemahan yang paling sering dipakai adalah  "hukum". Sebenarnya hukum Taurat mengandung makna hukum Hukum, meski dalam kata bahasa Ibrani untuk "hukum" adalah “din”.   Pengertian "Torah" sebagai "Hukum tidak  menjadi halangan untuk "memahami pemikiran yang disarikan dengan istilah talmud torah  (תלמוד תורה, "pelajaran Taurat"(Kitab Taurat)).
               Perjanjian Baru mengunakan  kata Yunani nomos (misalnya Mat.5:17; Luk.16:17; Kis 7:53; 1 Kor 9:8). Taurat adalah bagian terpenting dari kanon Yahudi, “wibawa dan kesuciannya jauh melebihi kitab Nabi-nabi atau kitab-kitab lainnya”.[3] Taurat terdiri dari 613 peraturan-peraturan yang rumit yang tak dapat dilaksanakan oleh siapapun selain pembuatNya sendiri.[4]
              Selanjutnya kata "torah" lebih digunakan dalam artian luas, meliputi peraturan tertulis maupun lisan dan akhirnya meliputi seluruh ajaran agama Yahudi, termasuk Mishnah, the Talmud, the Midrash and lain-lain. Selain itu, juga dapat diterjemahkan sebagai "pengajaran, petunjuk, perintah", atau "kebiasaan"atau sistem.

B.     Sejarah Hukum Taurat Dalam Perjalanan Israel
               Mulai  dari keluaran 20,  Israel dihadapkan pada kumpulan hukum-hukum ini,  berawal pemberian titah yang diluangkan dalam dual loh batu di Sinai, harus dimengerti dalam perfektif covenant ( Perjanjian ). Taurat tidaak pernah dimaksudkan  “jika Israel taat maka menjadi bangsa pilihanNya”,  karena Allah lebih dulu memilih Israel sebagai bangsa pilihan, kemudian barulah Taurat yang berfungsi sebagai tata laku yang mengatur relasi antara Allah dan Israel.
              Sesudah pembuangan di Babel,  hukum itu semakin banyak di ulang, diperluas, dibaharui sesuai dengan keadaan.  Waren W mengatakan: “Israel telah bertobat dari pemujaan berhala, bahkan mereka semakin giat melaksanakan hukum Taurat, bahkan mereka memperbaiki hukum Allah dengan menambahkannya adat istiadat mereka sendiri dan menjadikan adat istiadat itu setara dengan hukum Taurat”.[5] Nehemia sebagai Ahli Taurat ( pertama kali istilah ini muncul dalam kaum Yehudi), menyalin semua itu kembali, untuk memperbaiki hubungan relasi antara bangsanya dengan Tuhan. Dari sinilah, kemudian muncul komunitas yang menyebut dirinya sebagai ahli Taurat.
2.      Perjanjian Baru
                Istilah hukum Taurat dalam PB adalah  (τον νομον ).[6]  Makna dari kata ton Nomon  (Nomos) sama halnya makna awal yang dipaparkan diatas dalam terminologi hukum Taurat Bahasa Ibrani. Tetapi cara dalam melihat hukum Taurat mulai berbeda, konsep awal dalam pandangan Yudaisme, dikritik keras oleh Yesus Kristus karena implementasi yang tidak sesuai dalam hidup orang Yahudi.
A.    Kitab Roma
               Kitab Roma diambil dari nama kota/negara yang menguasai dunia zaman itu. Negara Roma mencakup segala macam daerah, iklim, suku bangsa, bahasa, dan kebudayaan, tidak saja dipersatukan oleh politik Romawi tetapi juga oleh kebudayaan Yunani. “Dalam pengetahuan umum, kesenian, kesusastraan, dan filsafat/logika kebudayaan Yunanilah ‘(Helenisme)”[7] yang menjadi alat pemersatu. Sedang-kan dalam ilmu hukum, bidang administrasi, dan kemiliteran peranan Romawi yang berpengaruh.” Sesungguhnya hal ini menyatakan bahwa ada dua kekua-saan yang tetap eksis, secara politik oleh Romawi dan kebudayaan oleh Yunani. Keduanya secara berturut-turut menguasai dunia.
-          Penulisan Kitab Roma
             Rasul Paulus disebut sebagai penulis surut Roma terdapat dalam Roma 1:1. Ia adalah hamba Yesus Kristus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Ia seorang Israel, keturunan Abraham, dari suku Banyamin (Rm. 11:1; lih. jg. Fil. 3:5). Menurut Kisah Para Rasul 22:3 (bnd. 21:39) Paulus lahir di kota Tarsus di tanah Kilikia. Sejauh ini perdebatan tentang siapa penulis surat Roma tidak menjadi persoalan. Walaupun para pakar teologi liberal pernah berpendapat bahwa rasul Paulus tidak menulis surat Roma. Namun perde-batan tersebut telah terselesaikan dan hampir semua menerima bahwa rasul Paulus adalah penulis surat Roma.[8] Bukti dalam surat ini sendiri sangat meyakinkan. Sejumlah peristiwa dan tokoh yang ditulis di dalam surat ini juga diceritakan dalam kitab-kitab lain. “ surat Roma adalah missionary terakhir, tetapi menempati urutan pertama dalam surat-surat dalam PB.”[9]
B.     Yesus Kristus Dan Hukum Taurat
             Supaya kita memahami bahwa semua pandangan Rasul tidak mungkin bertentangan dengan apa yang Yesus sendiri maksudkan tentang hukum Taurat termasuk Rasul Paulus, maka perlu melihat esensi hukum Taurat merurut Yesus Kristus.
            Matius 5:17, Mari kita kaji kata Inggris 'fulfill' dengan bahasa asli Perjanjian Baru. Matius 5:17 menulis 'πληρωσαι - plêrôsai', aorist aktif infinitif dari kata 'plêroô'[10] dan jika ditelusuri asal-usulnya lagi, berasal dari 'πληρης - plêrês' ( penuh), akhirnya berasal dari kata dasar 'πιμπλημι - pimplêmi (mengisi). makna kata dasar πληροω - plêroô, berarti 'memenuhi' dalam arti melakukan).[11] Jadi dalam Matius 5:17 menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah pelaku penggenap hukum Taurat. Dalam ajaranNya mencanangkan tatanan baru, yaitu hukum yang baru, yaitu hukum Kasih. Dimana setiap umat Kristus yang melaksanakan kasih, mereka juga telah menggenapi tuntutan-tuntutan hukum Taurat. Dengan ini selaras dengan kata 'pleroo’ dalam Roma 13:10.



             







BAB  III
PANDANGAN PAULUS TENTANG HUKUM TAURAT
MENURUT KITAB ROMA


             Sebagai seorang yang terlahir  dalam keturunan Yahudi,  tentu pemahaman Paulus tidakah lepas dari pemahaman Yudaisme yang berkembang pada masanya. Sebelum mengalami pertobatan, baginya kewajiban dalam agama adalah ketaatan penuh pada hukum Taurat. tetapi setelah bertobat, pandangannya tentang hukum Taurat menjadi berubah. Kritis Paulus membuktikan ketidakcukupan Taurat sebagai sarana untuk bisa dibenarkan oleh perbuatan.
              Bagi Paulus, pengenalan akan Kristus membuat dia harus bersikap kritis terhadap mutlaknya Taurat sebagai jalan keselamatan. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma,  Paulus banyak berbicara mengenai hukum Taurat. Sebelum mengenal Kristus, Paulus amat yakin bahwa hukum Taurat adalah jalan keselamatan, tetapi pandangan itu berubah oleh karena Kristus mengubahnya, untuk kebenaran yang mutlak.
Paulus berani meninggalkan Taurat demi memperoleh Kristus. Bagi Paulus, hukum Taurat yang dianggap anugerah Allah itu memang bagus dan suci, namun tuntutannya amat berat. Umat Yahudi sendiri menyebutnya sebagai kuk. Menaati hukum Taurat dengan mengandalkan kekuatan manusia saja rasanya tidak mungkin. Bahkan Paulus merasa bahwa hidup di bawah Taurat bagaikan hidup di dalam belenggu ( Rm. 7:6). Frustasi Paulus dalam menjalankan Taurat dikatakan dalam Roma 7:14-24. Syukurlah bahwa Kristus dengan kebangkitanNya telah membawa pembebasan dari kuasa hukum Taurat ( Rm.7:25).
Selain itu, jika keselamatan diukur dari seberapa kemampuan umat menaati Taurat, berarti manusia sendirilah yang menjadi penentu keselamatannya. Lain halnya iman akan Kristus,  Keselamatan dalam Kristus adalah rahmat dan kasih karunia. Keselamatan dalam Kristus bukanlah apa yang dicapai oleh manusia dengan perbuatannya, tetapi semata-mata kasih karunia Allah bagi umat beriman.
              Berbeda dengan pandangan Taurat, ketaatan manusia pada kehendak Allah bukanlah perasyaratan keslamatan, tetapi tanggapan atas karunia keselamatan dalam Yesus Kristus. Setelah mengenal Kristus, Paulus tidak lagi mengandalkan Taurat, Karena hukum Taurat tidak membawa keselamatan. Paulus tidak lagi berpegang pada auran Taurat, misalnya soal thir-najis, tradisi sunat, mengkafirkan bangsa lain. Alasannya, Kristus datang, sengsara, wafat dan bangkit untuk keselamatan seluruh umat manusia. Itulah sebabnya Paulus tidak segan-segan menyatakan dirinya sebagai rasul untuk bangsa-bangsa lain bahkan semua bangsa (Rm 1:5, 13; 2:14; 15:16-21 ).
1.      Dampak Hukum Taurat Menurut Paulus Dalam Kitab Roma

               Sebelum berbicara lebih jauh mengenai Paulus dan Hukum Taurat, penting  untuk dipahami bahwa ketika Paulus menyebut Hukum Taurat tidak terbatas pada perintah Allah saja (10 Hukum atau Perintah). W. D. Davies menyebutkan bahwa “setidaknya ada empat pengertian dalam memahami perkataan Paulus tentang Hukum Taurat. Menurut Davies, Hukum Taurat mencakup semua perintah Allah: Sejarah iman Israel dalam memahami Allah; Kebijaksanaan Allah (Amsal 8) dan yang terakhir adalah pernyataan kehendak Allah bagi dunia, alam dan bagi masyarakat (Israel).[12] Jadi perlu di mengerti tentang pandangan hukum Taurat mulai dari Perjanjian Lama sampai kepada masa Rasul-rasul.
              Paulus Yang dulunya adalah seorang  yang taat hukum Taurat kemudian Paulus memahami Hukum Taurat secara berbeda Paulus berbalik menggantikan kesetiaannya kepada Taurat dengan pengandalan kepada Kristus. Paulus memberitakan Kristus dengan tidak meninggalkan akarnya, yaitu: orang Yahudi yang mengerti tentang Hukum Taurat, kepada orang-orang non-Yahudi. Paulus tidak menentang Hukum Taurat, ia hanya menentang cara orang Yahudi dalam memahami Taurat, karena itu, ia (Paulus) dalam kitab Roma memaparkan pandangannya tentang dampak dari hokum Taurat sendiri.

A.     Hukum Taurat sarana Mengenal Dosa
             Dosa (hamartia) telah melekat pada diri manusia sejak kejatuhan Adam dan Hawa, Tuhan memberitahukan kepada mereka bahwa mereka telah melanggar perintahNya yang akhirnya membuat mereka tahu bahwa mereka telah salah di hadapan Tuhan.  Manusia mengalami kerusakan dan karakternya sebagai orang berdosa. “ketika Paulus menyampaikan kebenaran berhubungan dengan kerusakan dan kebobrokan  manusia dalam Roma 3, ia mengutip dari Mazmur. Seluruh manusia telah jatuh ke dalam dosa, keinginan-keinginan kita telah jatuh ke dalam dosa, hidup kita telah jatuh ke dalam dosa.”[13]
              Satu sisi teologis yang Paulus perlihatkan dalam Kitab Roma7:7  adalah “… oleh Hukum Taurat aku telah mengenal dosa,” dan upah dosa adalah maut ( Roma 6:23). Taurat bukan hanya menyatakan dan memajukan dosa, ia juga dengan giat menghukumnya.  “ sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum taurat, orang mengenal dosa (Roma 3:20).[14]” salah satu poin hokum Taurat dalam diktat Roma/Ibrani STTII tentang tujuan hukum Taurat yaitu  “untuk menyatakan dosa, dan bukan keslamatan. Hukum menunjukkan masalah dosa, tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah itu”.[15]
              Paulus menyadari benar bahwa justru oleh hukum Taurat ia telah mengenal dosa ( Roma 7:11), karena menurutnya dalam perintah Taurat, dosa mendapat kesempatan dalam segala keinginan-keinginan sebab tanpa hukum taurat dosa mati. Perhatian Paulus tentang hal ini sangat spesifik, (Roma 7:7) “ bagian Alkitab ini bukanlah kehidupan dalam daging, melainkan sifat Taurat.[16] “ Apakah Hukum Taurat itu Dosa?  Sekali-kali tidak, justru oleh hukum taurat aku telah mengenal dosa )[17], dalam hal ini Paulus maksudkan adalah “ karena dosa diam di dalam manusia, “keinginan daging di dalam kita adalah melawan aturan,[18] maka Taurat yang kudus menunjukkan keadaan dosa yang sebenarnya, sehingga dengan demikian menjadi alat kematian. Namun dosa itulah yang membawa maut, bukannya Taurat (Roma 7:10-11)[19].  Dosa itu dasyat, tapi anugrah Allah lebih dasyat lagi. Dimanapun ada dosa yang tak terlukiskan,    disitu pula ada anugrah Allah yang berlimpah.[20]       
B.     Hukum Taurat Membawa Pada Kematian (Roma 7:9-11)
            Sulit untuk memahami apa yang Paulus maksud dalam Roma 7:9,  tentang kata “ dahulu aku hidup”, tapi  menurut Hodges ini sudah merupakan peralihan pada diskusi pengalaman orang percaya. Istilah hidup tidak dapat menunjuk pada saat dia  "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Sebagai orang percaya, Paulus hidup, dia bersekutu secara akrab dengan Tuhan Yesus, kemudian ada perintah yang muncul yang meyakinkan bahwa dia harus tunduk pada sebuah perintah dari hukum Taurat atau juga pada sebuah perintah dari ajaran manusia. Kemudian hukum Taurat membangkitkan dosa, dia berdosa, sehingga dia mati, dengan arti dia mengalami maut, atau maut tertanam dalam dirinya, karena dia berdosa. Ini tidak berarti dia meninggal dunia secara jasmani, dan ini tidak berarti bahwa keselamatannya hilang, tetapi dia mengalami maut. Dia membiarkan dirinya ditarik kembali ke dalam aiwn/aion[21]  lama di mana dosa dan maut berkuasa. Pengalaman persekutuan yang akrab dengan Tuhan Yesus putus, dan Paulus memakai istilah aku mati untuk menceriterakan putusnya persekutuan tersebut.[22]    
              Pernyataan Paulus dalam Roma 7 ayat 11, : sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu  ia membunuh aku. Seiring bahwa tidak ada satupun orang yang sempurna oleh karena melakukan hukum Taurat, bahkan justru sebaliknya semakin mengenal dosa, maka ujung dari hukum Taurat adalah kematian.  Karena itu bagi Paulus, “dahulu hidup hanya mengikuti hawa nafsu duniawi,  tapi sekarang hidup semata-mata untuk kehendak Allah. Dahulu dosalah yang mengotori seluruh tabiat, sekarang kasih karunia Yesuslahyang mencuci segala perangai dan jiwa. Dahulu diperhitungkan dalam kematian, sekarang diperhitungkan dalam kehidupan, yaitu hidup baru di Dalam Yesus Kristus.[23]
C.     Hukum Taurat Tidak Dapat Membenarkan Manusia

Doktrin pembenaran, baik dalam Bahasa Ibrani dan bahkan Yunani memiliki akar kata yang sama yang diterjemahkan ke dalam Alkitab Bahasa Inggris sebagai “righteousness” dan “justification”. Dalam Bahasa Ibrani “tsedeq” berarti dijadikan benar,[24] sedang “dalam Roma 1: 17 dikatakan bahwa “orang benar atau dikaios akan hidup oleh iman.” Bentuk verbal dari kata dikaios adalah dikaioo yang berarti “ menyatakan kita benar”.[25] Kata yang sama juga digunakan dalam Roma 5:18, “ sebab itu sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang peroleh penghukuman demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran ( dikaiosis) untuk hidup. Jadi kata justification atau pembenaran berarti “ dinyatakan benar atau dijadikan benar”.[26] Jadi Telah di uraikan di atas bahwa “ pembenaran adalah tindakan Allah yang yuridis bedasarkan kedaulatannya.”[27]
Memang hukum Taurat tidak memberikan pembenaran dan tidak memberikan jaminan  keslamatkan, karena tidak satupun yang dapat pembenaran oleh karena hukum Taurat. Tetapi  hukum Taurat bukan penghalang untuk dapat pembenaran dari Allah, yaitu  pembenaran oleh  iman.
Melalui perbuatan-perbuatan melakukan Taurat orang tidak dapat memperoleh kebenaran. Amanat Paulus yang utama dalam Surat Roma ialah bahwa kebenaran datang oleh iman, bukan oleh pekerjaan Taurat (yaitu perbuatan manusia yang dilakukan berpadanan dengan tuntutan Taurat). Paulus belajar PL bahwa iman ialah kunci kebenaran ( Rm 1:17; Hab 2:4). Ketidak mampuan Taurat untuk menjawab kebutuhan dasar manusia,  hendaknya dicatat bahwa pentingnya Taurat terbatas pada soal kebenaran ini. Di lain hal Paulus tidak pernah menyarankan bahwa ada sesuatu yang secara hakiki lemah mengenai Taurat, tetapi fungsi vital untuk menyediakan sarana untuk mencapai kebenaran itu diberikan kepada iman, bukan Taurat. Inilah alasan Paulus begitu bersikeras bahwa kebenaran diperoleh melalui iman dan bukan melalui perbuatan melakukan Taurat. “namun hal ini bukan berarti kita sekarang bebas untuk melakukan segala apa yang kita senangi. Hukum Allah itu sendiri tidak ada salahnya, semuanya baik”[28]
                Paulus  membela universalitas keselamatan, seperti yang ditunjukkan ayat berikut: “Atau apakah Allah hanya Allah orang Yahudi? Apakah ia juga bukan Allah dari bangsa-bangsa lain? Ya, juga dari bangsa-bangsa lain.” [29] Latar belakang ini membantu  untuk memahami bahwa Paulus tidak menyerang validitas dan nilai hukum sebagai pedoman moral bagi perilaku Kristen. Sebaliknya, ia dengan tegas menegaskan bahwa Kristus datang secara khusus “agar tuntutan hukum yang adil dapat dipenuhi di dalam kita” (Roma 8: 4).
               Hal yang tidak bisa di sangkal dalam perikop ini adalah pemahaman finis Paulus, maksudnya Paulus dalam poin ini adalah letak keterbatasan Taurat, yaitu tidak menyelamatkan. “menghadapi keyakinan umum yang bertentangan dan telah meluas yang menyatakan bahwa manusia dapat mengusahakan  sendiri jalan ke surga[30], mendapat kritik yang besar dari Paulus, dan meluruskan hal itu, supaya khususnya Yudaisme, orang yahudi seperti dirinya bisa memahami persoalan ini. Paulus bukan mengkritik hukum Tauratnya tetapi pemahaman keselamatan mereka melalui hukum. Dia menolak pandangan hukum sebagai dokumen pemilihan yang mencakup orang-orang Yahudi dan mengecualikan orang-orang bukan Israel. Solusi yang diberikan Paulus adalah bahwa seseorang dapat dibenarkan hanya oleh iman kepada Yesus Kristus. Orang yang telah berdosa telah kehilangan kemuliaan Allah dan tidak dapat mengahampiri Allah yang Mahakudus, sehingga mereka hanya akan dapat diselamatkan melalui kebenaran Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Kata “kebenaran Allah” dalam ayat 22 ini berasal dari kata bahasa Yunani yaitu δικαιοσύνη δὲ θεοῦ, (  dikaiosune  de teou )[31]kata ini lebih tepat diterjemahkan sebagai “kebenaran yang dari Allah.” Inti dari pernyataan ini adalah bahwa setiap orang yang ingin masuk Surga harus terlebih dahulu memiliki status sebagai orang benar. Untuk mendapatkan status sebagai orang benar maka berimanlah kepada Yesus Kristus yang telah mati untuk menebus dosa seluruh umat manusia.
D.                Hukum Taurat Tidak Menyelamatkan.
               Istilah keslamatan menurut Halgelberg”menunjuk pada pembebasan dari hukuman kekal, tetapi juga pembebasan dari murka Allah yang diuraikan dalam pasal 1:18-32 atau pembebasan dari bahaya jasmani. Definisi itu tidak dapat disangkal kalua pemakaian istilah tersebut diselidiki dengan Septuaginta.[32]
Paulus dalam Roma 6:14, “Kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat tetapi di bawah kasih karunia”, mempunyai hubungan dengan  Roma 7:1-6.  Orang percaya telah mati bagi dosa (psl. 6), dan sekarang dalam pasal 7, Paulus menguraikan dalam hal apa lagi orang percaya telah mati.  Hukum Taurat menuntut kematian dan Kristus telah memenuhi tuntutan kematian itu di atas kayu salib. Upah dosa adalah maut, kematian Kristus telah membatalkan upah itu. 7:1-6 kembali mengulangi 6:14 dengan menjelaskan lebih jauh bagaimana terlepas dari hukum Taurat. Seperti dikatakan oleh Th. Van den End, “Dalam pasal 7 ia memberi penjelasan tentang kebebasan itu: kebebasan dari kuasa dosa adalah kebebasan dari kuasa hukum Taurat.  Tegasnya, pasal 7 merupakan uraian mengenai perkataan yang terdapat dalam 6:14”.[33]
              Bagi kaum Yudaisme, pandangan ini mengganggu kehidupan mereka, karena Taurat adalah standar tertinggi dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Paulus mengatakan “… sebab Musa menulis kebenaran karena hukum Taurat: “orang yang melakukannya, akan hidup karenanya,”(Roma 10:5). “ hidup dan kebenaran mempunyai hubungan yang sangat erat,  kutipan itu , yang diambil dari kitab Imamat 18: 5, mengemukakan frustasi  yang seharusnya timbul dalam hati setiap orang yang berusaha untuk membenarkan dirinya melalui ketaatan pada hukum Taurat. Kalau aku melakukan seluruh hukum Taurat, aku akan hidup. Namun bagaimana aku dapat melakukannya jika aku belum mempunyai hidup itu dari Allah? Jelas, aku memerlukan seseorang  juruselamat untuk mengangkat aku dari frustasi ini.[34]
             Bagi Paulus hukum Taurat sendiri tidak menyelamatkan, karena tidak satupun yang dapat pembenaran oleh karena hukum Taurat. Justru pembenaran oleh karena iman, dan keslamatan merupakan anugerah Allah dan diterima melalui iman. “karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,  dan dengan mulut orang mengaku dan di selamatkan (Roma 10:10), ayat ini menjadi standar untuk melihat bahwa: manusia harus dibenarkan dahulu, dan hukum Taurat tidak dapat memberikan pembenaran itu, melainkan manusia dibenarkan oleh iman, sehingga keslamatan itu berasal dari pengakuan iman kepada Yesus Kristus.

2.      Hubungan Hukum Taurat Dengan Yesus Kristus
Menurut Paulus Dalam Kitab Roma

             Kehadiran Kristus memberikan pengaruh tersendiri bagi ahli Taurat,  dimana ahli Taurat mendapati tindakan dan perkataan Yesus seakan melanggar istiadat Yudaisme, bahkan bertentangan dengan Taurat, (mis: kisah murid memetic gandum pada hari sabat), sehingga hal ini menimbulkan selisih dalam kalangan ahli Taurat sendiri. Yesus sendiri tak pernah menghapus dan membatalkan hukum Taurat.Bahkan ia sendiri mengatakan hal itu: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hokum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17). Tetapi kehadiran Yesus Kristus juga membawa dampak dalam melihat dan memahami tentang hukum Taurat dikalangan para murid, termasuk Paulus, setelah menerima Kristus dalam hidupnya.
              Berikut beberapa hubungan hukum Taurat dengan Yesus Kristus dalam pandangan Rasul Paulus.

1.      Hukum Taurat Adalah Hukum Allah

                Paulus sebagai sosok saleh dan mantan pemimpin agama Yahudi mengaku bahwa tidak mungkin bagi manusia, dengan kemampuan sendiri, menaati seluruh hukum Taurat itu. Sebab semakin mereka mengetahui hukum itu, semakin mereka sadar bahwa mereka tak berdaya mengerjakan semuanya. Hal ini membawa dalam satu diskusi yang bagi Paulus hal yang patut dipertanyakan tentang  maksud  Allah tetap memberikan hukum Taurat pada bangsa Israel.
Paulus menjelaskan bahwa salah satu tujuan hukum Taurat diberikan adalah agar manusia bisa melihat keberdosaannya, supaya memahami ketidakberdayaannya. Hukum Taurat adalah penuntun  kepada kasih karunia Allah sebab kesimpulan Hukum Taurat adalah kasih. Jika kita mengasihi Allah dan sesama kita, kita sudah menggenapi seluruh maksud Hukum Taurat.. Dengan demikian manusia menjadi siap untuk kasih karunia dari Allah yang maha adil itu.
Bagi Paulus Taurat itu hukum Allah, dan Paulus suka dengan Taurat ( Roma 7:22), menurut Surat Roma dalam tafsirannya sebagai berikut, memang ‘aku’ mempunyai alat yang mampu mengenal kehendak ilahi. Dan aku menyetujui apa yang di perkenalkan kepadaku. Aku malah bergembira sebab aku tahu bahwa hal itu membawa keslamatan dan hidup kepadaku.[35] Tetapi tidak sampai disana, karena hukum Allah tidak hanya disetujui, tetapi juga hukum Allah menuntut ketaatan. Bagi Paulus Taurat bersifat Rohani. Agar tidak seorang pun berpikir bahwa lebih baik tidak mempunyai hukum, Paulus serta merta mengemukakan maksudnya yang rohani, lalu mempertentangkannya sifat ini dengan kodrat kedagingan manusia, yang terjual di bawah kuasa dosa (Rm.7:14). Dengan kata lain, jika Taurat membuat dosa lebih hebat lagi, itu bukan kesalahan Taurat. Kesalahan terletak pada manusia. Dosa takkan mungkin dirangsang jika manusia tidak bersifat daging. Fungsi sesungguhnya dari Taurat adalah rohani, yakni mencapai hasil-hasil rohani. Jika Taurat memperoleh bahan yang tepat untuk digarap, ia akan mencapai hasil-hasil rohani tadi, tetapi kegagalannya terletak pada ketidakmampuan manusia untuk memberi tanggapan terhadapnya. Tentu dalam pendekatan Kristiani terhadap Taurat muncul keadaan yang lain. Sifat rohani dari Taurat itu membuat mungkin menerimanya kedalam kehidupan Kristen.
2.      Kristus Adalah Tujuan Hukum Taurat
Taurat mengarah kepada Kristus. “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya”, Roma 10:4.[36] Jhonny Thia ( Tafsiran Matthew Hendry )  memaparkan “ hukum Taurat  dirancang untuk memimpin  orang-orang kepada Kristus. Hukum moral untuk mencari yang terluka, sedangkan hukum upacara merupakan  bayangan dari obat yang ditawarkan, dan Kristus merupakan penggenapan.[37]senada yang disampaikan warren W, “ Yesus memenuhi nubuatan, perlambang, dan tuntutan-tuntutan kitab Musa. Hokum itu berakhir di Kalvari ketika pengorbanan yang sempurna diberikan.”[38]
Adalah penting untuk menentukan dalam arti yang bagaimana Paulus memakai istilah telos[39] (kegenapan) ‘ Paulus menggungkapkan Bahwa Kristus Menggenapi maksud hukum Taurat[40]. Arti biasanya ialah penghentian, dan segera muncul pertanyaan, dalam arti yang bagaimana Paulus mengganggap bahwa Taurat dicabut dalam Kristus. Kuncinya terdapat pada kata-kata eis dikaiousunen (har. ‘kepada kebenaran; TB “sehingga kebenaran diperoleh”).  Teles menurut Manfred T. Brauch “ kata kegenapan (Teles) dapat menunjukkan tujuan “, “hasil” yang kita tuju atau “ Akhir”, “pemberhentian”.[41] Ini lagi-lagi memperlihatkan bahwa Taurat dicabut berkenaan dengan kewajiban yang harus dilakukan demi memperoleh keselamatan, tetapi bukan berkenaan dengan fungsinya sebagai ukuran dengan nama Allah akan menghakimi manusia.
Dalam Roma 10 bukan fungsi dan kedudukan Taurat yang oleh kasih, yang bisa lebih ketat daripada suatu perjanjian legal, tetapi yang didorong oleh suatu desakan yang lebih kuat pula.
           Jadi Roma 10:4 meringkaskan “ ternyata setiap bagian dalam hokum Taurat menuju pada Kristus. Tanpa mengakui Kristus tidak mungkin orang memperoleh pengertian yang tepat mengenai kehendak Allah, tanpa mengakui Kristus yang merupakan tujuan hokum Taurat, hidup beragama yang taat sekalipun akan sia-sia.”[42]

3.      Hukum Taurat Tidak Menghalang Menerima Keslamatan.
               Orang Kristen wajib menjunjung tinggi hukum Taurat. Paulus membuat hal ini sangat jelas dalam Roma 3:31, dimana ia menolak pandangan bahwa iman membatalkan hukum Taurat. Dalam arti yang  ia memaksudkan bahwa kita menjunjung tinggi hukum Taurat, yaitu  Kristus dalam memenuhi tuntutan-tuntutan Taurat tentang kurban atas nama umatNya, telah menggenapi Taurat, maka dalam arti itu Taurat telah dijunjung tinggi.
Dengan cara yang serupa, orang  percaya menjunjung tinggi hukum Taurat lewat persatuannya dengan Kristus. Jadi, dalam arti tertentu Taurat bersifat batiniah. Ia tidak lagi melulu terdiri dari tuntutan lahiriah, melainkan menuntut keselarasan batiniah kepada orang itu yang telah menggenapi secara sempurna, baik tuntutan-tuntutan moral maupun mengenai upacara. Orang percaya telah menjadi tunduk kepada hukum Kristus .
             Dalam Roma Pasal 9:30-33, terkhusus ayat 32, Paulus memberitahukan tentang Israel yang tidak dapat pembenaran karena  konsep yang mereka pahami, tentang melakukan Taurat mereka dapat pembenaran. Seandainya Israel mengejar pembenaran melalui imann dan hidup dalam iman itu, lalu menjalankan Taurat,  itu bukanlah  sandungan bagi mereka, karena Taurat tidak pernah menghalangi orang menerima keslamatan dari Allah.
                Paulus terus hidup dalam perintah dalam melanyani dan mengabarkan Injil. Ia  memelihara perintah-perintah hukum Taurat, bukan karena takut akan akibat buruk kalau ia melanggarnya, melainkan karena keinginannya yang sungguh-sungguh untuk menyelaraskan diri kepada pikiran Kristus. tetapi ini tidak berarti mendekati tuntunan Taurat secara legalistis. Misalnya Paulus boleh mengubah hukum Musa tentang hari Sabat.   “Dalam surat-surat Paulus tak ada sesuatu yang menyarankan bahwa ia berbeda dari Yesus dalam pandangannya bahwa hukum Taurat bersifat mengikat. Memang, pandangan Paulus tentang Taurat yang dapat disebut dibebaskan itu, pasti berasal dari Yesus.[43]
            











BAB  IV
KESIMPULAN

              Kritik Paulus tentang pemahaman hukum Taurat dalam pemahaman Yudaisme sangat tajam, ia ingin memberitahu ke semua orang, khususnya orang sebangsanya bahwa apa yang dipahami selama ini adalah salah dalam memandang Taurat. Karena itu ia sendiri telah menyimpulkan tentang Taurat menurut Kitab Roma:
1.      Hukum Taurat tidak pernah membenarkan manusia, sekalipun manusia itu setaat mungkin, tetaplah tidak dapat membenarkannya, karena hanya kasih karunia Allah saja manusia dibenarkan karena iman, dan itu tidak dapat digeser oleh doktrin manapun.
2.      Hukum Taurat adalah hukum dari Allah untuk bangsa Israel, sebagai pendisiplinan dan tata cara dalam hubungan antara Bangsa Israel dengan Tuhan dalam PL, dan hukum itu berujung pada penggenapannya yaitu Yesus Kristus.
3.      Sekalalipun hukum Taurat bukan penghalang keslamatan, tetapi hukum Taurat  tidak dapat menyelamatkan,  karena hanya oleh iman dalam Yesus Kristus orang dibenarkan dan dislamatkan.

Dalam penulisannya di kitab Roma, Paulus ingin supaya semua memahami bahwa karya penyelamatan Allah dalam Kristus, itulah yang berlaku bagi seluruh umat manusia, baik Yahudi maupun non Yahudi, dan bukan karena melakukan hukum Taurat.



[1] Yap wei Fang, Agnes Maria Layantara, Ester Santosa,  Tan Giok Lie, Fenny Feronica (penerjemah), The Lion Handbook To   The Bible ( Bandung, Kalam Hidup, 2015), Hal 186
[2] ירה  ( yarah) Bible Works 10 yarah OT:3384, throw, teach, shoot, point out." Found in all periods of the Hebrew language, this root is also found in ancient Ugaritic with the sense of "to shoot"; modern Hebrew uses the word to express the firing of a gun. Yarah occurs approximately 80 times in the Hebrew Old Testament.
Harris, et als, Theological Wordbook of the OT
0910.0 ) יָרָהy¹râ( throw, cast, shoot )Qal(; teach )Hiphil(. )ASV, RSV Similar.)


[3] WS Lasor, Pengantar Perjanjian Lama, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 93.
[4] Yahya Wijaya, Iman atau Fanatisme, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hlm.78.
[5] Warren W., Benar Didalam Kristus, (Bandung: Kalam Hidup, 2000.)
[6] Greek , Bible Works 10, [Fri] νόμος, ου, with a basic meaning law, i.e. what is assigned or proper; (1) generally, any law in the judicial sphere (RO 7.1); (2) as rule governing one's conduct principle, law (RO 7.23); (3) more specifically in the NT of the Mosaic system of legislation as revealing the divine will (the Torah) law (of Moses) (LU 2.22); in an expanded sense, Jewish religious laws developed from the Mosaic law (Jewish) law (JN 18.31; AC 23.29); (4) as the collection of writings considered sacred by the Jews; (a) in a narrower sense, the Pentateuch, the first five books of the Bible, as comprising the law (MT 12.5; GA 3.10b); (b) in a wider sense, the Old Testament Scriptures as a whole (MT 5.18; RO 3.19); (5) figuratively, as the Christian gospel, the new covenant, as furnishing a new principle to govern spiritual life law (RO 8.2a; HE 10.16)

[7] Budaya Yunani yang mempengaruhi zaman itu, lebih dikenal dengan istilah Helenisme
[8] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani, (Bandung: Kalam Hidup, 2015), hlm. 8
[9] Lani Laras Tumbel, Surat Roma, (Surabaya,  Diktat Kuliah  STTII Program Magister), Hal 27
[10] Matius 5:17, Bible Works 10 dan PC 5
[11] Bible Greek Lexicon memberikan pengertian kata ini sebagai [1] to make full, to fill up, i.e. to fill to the full; [2] to render full, i.e. to complete
[12] Legrand, Lucien, The Bible on Culture, (New York: Orbis Books),  Hal 2000
[13]Eddy Peter Purwanto, Pencipta Dan Penebus, (Teologi Dan Kristoliogi) (Kuta Bumi-Tanggerang, Sekolah Tinggi Teologi Injili Philadelphia, 2006), Hal 25
[14] Bible , kitab Roma
[15]Daniel Oh, S.T.M, Diktat Eksposisi Roma/Ibrani, ( Samarinda, STTII), Hal 16
[16] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, (Bandung, Kalam Hidup, 2017), Hal 286
[17] Alkitab, Roma 7:7
[18] Donny Adi Wiguna, Tafsir Roma Bagi Pekerja, (Yogyakarta,  PBMR ANDI, 2004),Hal 71
[19] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, (Bandung, Kalam Hidup, 2017), Hal 286
[20] Kris marantika, Soteriologi ( Yogyakarta, Iman Press, 2002), Hal 8
[21] Dave Halgeberg, Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani, ( Bandung, Kalam Hidup, 2016), Hal 12. aiwn/aion, ada dua bagi manusia, satu dikepalai Adam , satu lagi dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah  berada dalam aiwn/aion Adam, yang di dalamnya maut berkuasa. Namun Kristus telah membawa aiwn/aion kehidupan kekal yang dapat dialami  oleh setiap orang yang berada di dalam Kristus.
[22] Dave hagelberg, Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani, (Bandung, Kalam Hidup, 2016), hal 150
[23] R.A Jafrray, Tafsiran Kitab Roma, (Bandung, Yayasan Kalam Hidup,2007),117
[24] E.P. Purwanto, Keslamatan Oleh Anugrah, ( Diktat Kuliah  Sekolah Tinggi Teologia Injili (STTI)Kuta Bumi- Tanggerang, 2006), Hal 81
[25] Ibid, Hal 82
[26]  E.P. Purwanto, Keslamatan Oleh Anugrah, ( Diktat Kuliah  Sekolah Tinggi Teologia Injili (STTI)Kuta Bumi- Tanggerang, 2006), Hal 82
[27] Yakob Tomatala, Yesus Kristus Juruselamat Dunia, (Jakarta, YT Leadership Faundation, 2004), Hal 167
[28] Yap wei Fang, Agnes Maria Layantara, Ester Santosa,  Tan Giok Lie, Fenny Feronica (penerjemah), The Lion Handbook To   The Bible ( Bandung, Kalam Hidup, 2015), Hal 658.
[29] Alkitab Roma 3:29
[30] Ibid  Hal 658
[31] δικαιοσύνη (1) righteousness, uprightness, generally denoting the characteristics of δίκαιος (righteous, just) (MT 5.6); (2) legally justice, uprightness, righteousness (PH 3.6); (3) as an attribute of God righteousness, integrity (RO 3.5); (4) of the right behavior that God requires of persons righteousness, good behavior, uprightness (MT 5.20), opposite ἀδικία (unrighteousness, wrongdoing); (5) in Pauline thought of the divine action by which God puts a person right with himself and which then becomes a dynamic power in the believer's life making right(eous); state of having been made righteous (RO 1.17) , Friberg, Analytical Greek Lexicon


                                [32] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma Dari Bahasa Ibrani, (Bandung, Kalam Hidup, 2016), Hal 222.
[33] Van Den End, Tafsir Surat Roma, (Jakatra, BPK Gunung Mulia, 2015),Hal 343
  [34] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma Dari Bahasa Ibrani, (Bandung, Kalam Hidup, 2016), Hal 225.
[35] Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, ( Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2015), hal 387
[36] Bible
[37] Jhonny Thia., Tafsiran Matthew Hendry Roma dan 1,2 Korintus, (Surabaya, Momentum  2015),hal 259.
[38] Waren W. Wiersbe, Bertekun Di Dalam Kristus, ( Bandung, Kalam Hidup, 2012), Hal 37
[39] Bible Works 10
[40] Van Den End, Surat Roma, (Jakatra, BPK Gunung Mulia, 2015), Hal 558
[41]Mafred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit, ( Malang, Literatur Saat,2012), Hal 58
[42] Dave Hagelbarg, Tafsir Roma Dari Bahasa Yunani, (Bandung, Kalam HIdup, 2016), Hal 224
[43] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hlm. 353-361.

Qohelet - Krisallati

Biodata

Nama      : KRISAL lati Salupuk Ttl.           : Lebang , 28-2-1978 Alamat  L: Jln Lasaktia Raja, km 3, lebang                     P...

INSPIRASI " KESAKSIAN IMAN