Family

Family

Sunday, December 2, 2018

BAB 3: KAJIAN PENDERITAAN AYUB (tujuan penderitaan Ayub bagi ALLAH)

Bagi Allah

           Dalam kisah penderitaan yang menimpa Ayub, tidak bisa untuk tidak dikaitkan Allah yang berotoritas dalam hidup manusia, yang menciptakan dan berkuasa, mengizinkan dan mengubah segala sesuatu dalam dunia ini. Allah sendiri mempunyai tujuan dalam semua hal yang menyangkut kehidupan.
W. S. Lasor Dkk dalam buku yang berjudul Pengantar Perjanjian Lama 2 (Sastra dan Nubuatan) mengatakan:
             "Kitab ini memperkenalkan Allah yang bebas bertindak secara mengejutkan, memperbaiki penyimpangan manusia dan mengoreksi kitab-kitab yang ditulis  tentang Dia. Ia bebas mengizinkan yang dilakukan iblis dan tidak memberitahukan apa-apa tentang hal itu kepada orang yang diuji. Ia juga bebas mengatur waktu kapan dan dengan cara bagaimana Ia akan campur tangan.

Uraian di atas menjelaskan tentang Allah yang berdaulat dalam kehidupan manusia, bukan berarti keluar dari identitas-Nya yang adil dan kasih, tetapi justru memperlihatkan keadilan dan kasih-Nya. Memperbaiki penyimpangan manusia adalah bagian yang dikatakan W.S. Lasor dan Dkk, atau dengan kata lain penderitaan sebagai teguran bagi manusia supaya tidak jauh menyimpang.
Penderitaan yang terjadi pada Ayub diizinkan TUHAN, tentulah lewat pertimbangan hikmat-Nya, dengan tujuan dan maksud-maksud tertentu. Jadi penderitaan itu diizinkan, karena mempunyai tujuan tersendiri bagi Allah.

Untuk Mempermalukan Iblis (2:3)

          Serangan iblis untuk menjatuhkan Ayub  sesungguhnya merupakan serangan kepada Allah sendiri, iblis bukan hanya mendakwa Ayub, tetapi juga mendakwa Allah. Meredith mengatakan “di dalam pencobaan di taman Eden, Iblis menghina Allah dihadapan manusia; di sini dia menghina manusia dihadapan Allah. Namun iblis memakai teknik halus yang sama di dalam kedua peristiwa ini.”  Dalam psl 1:9-11  adalah awal perdebatan antara Allah dan iblis tentang Ayub, dan Ayub tidak tahu sama sekali tentang semua itu. Dari ayat di atas, Jeffey P. Miller dalam diktat STTII mengatakan: ”tuduhan iblis bahwa Ayub mengasihi Allah hanya karena Allah membuat pagar sekelilinggnya merupakan serangan terhadap Allah. Secara tidak langsung iblis berkata bahwa Allah tidak layak dikasihi karena diri-Nya saja, manusia memyembah karena disuap.”  Alkitab mempaparkan sebagai berikut:
Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.

 Dalam ayat ini Allah tahu taktik iblis yang menekan-Nya untuk membuktikan Ayub tetap saleh,  iblis membujuk Allah melawan Ayub, dan Allah memerima tantangan itu. Dengan mengarahkan perhatian Iblis kepada Ayub, sesungguhnya Allah di dalam hikmat-Nya yang tidak terselami, mengundang tantangan tersebut.
Allah memakai penderitaan Ayub, untuk memperlihatkan kepada iblis bahwa apa yang Iblis katakan, tidak pernah benar, Ayub tetap beriman sampai akhirnya, dan Allah memperlihatkan kepada Iblis, bahwa apa yang dikatakan-Nya, selalu benar.
Sampai pasal ini, salah satu kesimpulannya adalah Iblis kalah, dan tujuan penderitaan bagi Allah dalam hal ini, penderitaan Ayub adalah sarana Allah untuk mempermalukan Iblis.

Untuk Menunjukkan Iman Ayub Pada Iblis Dan Manusia ( Psl 1:6-12 )

           Kitab dalam pasal ini, Allah memberikan izin pada Iblis, dengan syarat”janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Ketika mendapatkan ijin untuk menguasai segala harta benda Ayub, Iblis segera melaksanakan rencananya.Tujuan Iblis sangat jelas yaitu membuat Ayub menghujat Allah dan meninggalkan kesalehan yang dibanggakan Allah kepada Iblis.
Narator (penulis kitab ini) mempertegas peristiwa kehilangan Ayub dengan mengisahkan bahwa peristiwa tersebut terjadi dalam satu hari Iblis menghancurkan semua yang dimiliki oleh Ayub (psl 1:13-19),  empat peristiwa ini cukup sebagai senjata untuk menjatuhkan iman Ayub pada Allah, sesuai dengan pertaruhan antara Allah dan iblis. C. Hassell Bullock dalam buku Kitab-Kitab Puisi dalam Perjanjian Lama mengatakan:
Ketidakpercayaan iblis akan dia serta dengan dugaannya bahwa iman Ayub sangat tergantung  pada kekayaan dan kesejahteraannya (1:9-11; 2:5). Dia  menganggap bahwa iman dan kemakmuran itu berkaitan, dan jika yang terakhir diambil maka yang pertama pasti akan berantakan.

Uraian di atas menjelaskan tentang dugaan Iblis atas iman kerohanian Ayub.Menurut Iblis, iman Ayub dibangun di atas dasar berkat-berkat Tuhan yang melimpah dalam hidupnya. Dan jika itu hilang, maka iman Ayub juga hilang.
Peristiwa kedua setelah dialog kedua antara Allah dan Iblis, Iblis kembali beraksi, dan Ayub ditimpakan borok yang busuk dari kaki sampai kepala (2:7). Tujuannya tetap sama, yaitu apakah Ayub tetap dalam kesalehan, dan tetap takut akan Allah.
Dalam peristiwa kedua ini, Allah melihat Ayub tetap memilih untuk tetap berserah kepada-Nya sekalipun tidak  mengerti. Ayub masih menyimpan iman yang bergantung penuh kepada-Nya (2:10). Karena itu, dalam bagian pasal ini, memberikan kesimpulan yang mengokohkan kemenangan Ayub atas tantangan setan: “dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya (2:10).
Selain maksud Allah untuk memperlihatkan kepada iblis bahwa apa yang
 iblis katakan tidak pernah benar, juga untuk menguji iman Ayub, sebagai
bukti bahwa iman Ayub,iman yang tergantung  kepada-Nya.

Untuk Menyatakan Kuasa-Nya ( psl 38:1-38 )

           Tujuan penderitaan bagi Allah, juga dilihat pada detik-detik akhir dalam penderitaan Ayub. Allah yang menyaksikan dialog antara Ayub dan para penghibur, dan yang mendengar semua sanggahan dan argumen Ayub, bahkan keluh kesahnya, TUHAN tampil dari dalam badai (38:1).
“Bersiaplah engkau sebagai laki-laki (38:1),” menurut Heavenor:
Suatu perkataan yang menarik di pakai untuk laki-laki: eber, ‘ hal ini menyatakan tentang manusia bukan dalam kelemahan, tapi dalam kekuatannya, jantan sebagai pejuang’(strahan). Dengan berulang-ulang Ayub telah mempergunakan  bahasa (mis 31:35-37; 13:22) yang agaknya menyarankan bahwa dalam dirinya, Allah akan menemukan seorang pejuang yang perkasa.

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa Allah menantang Ayub sesuai dengan kapasitas perkataan Ayub sendiri, serta Allah mau menjelaskan identitas-Nya dihadapan Ayub, untuk memberikan pemahaman pada Ayub “ layakkah ciptaan mengkritik penciptanya.

          Dalam ayat ini (38:1), kuat kuasa Allah menciptakan dan memerintah tak terbatas, melawan Ayub yang kecil. Allah mempertanyakan keperkasaan Ayub dengan mengatakan “jika engkau dapat, jawablah Aku” dalam banyak hal, diantaranya;
(4)Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakan kalau engkau mempunyai pengertian!(5) siapa yang telah menetapkan ukurannya?bukankah engkau mengetahuinya? atau siapakah yang merentangkan tali pengukur padanya?(8) siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual keluar dari dalam rahim(12) pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang  dinihari atau fajar kau tunjukkan tempatnya(16) engkaukah yang turun sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan melalui dasar samudra raya?(19) di manakah jalan ke tempat kediaman terang, dan di manakah tempat tinggal kegelapan, dsb.

Ayat di atas mempaparkan perkataan Allah yang menanyakan hal-hal yang sangat jelas tidak diselami Ayub. Tetapi dari situlah Ayub menjadi makin memahami betapa hebatnya ketidaktahuan dan ketidakmampuan dirinya.
Setelah melihat uraian di atas, sekarang penulis akan menguraikan tentang bagaimana cara yang tepat untuk menyikapi/langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi setiap penderitaan yang datang. Berikut penulis mempaparkan sikap/langkah-langkah Ayub dalam menghadapi penderitaannya.

No comments:

Post a Comment

Qohelet - Krisallati

Biodata

Nama      : KRISAL lati Salupuk Ttl.           : Lebang , 28-2-1978 Alamat  L: Jln Lasaktia Raja, km 3, lebang                     P...

INSPIRASI " KESAKSIAN IMAN